Sebuah Pencapaian yang luar biasa dari Tim ini. Tetapi menjelang berakhirnya Ujicoba Nusantara Jilid II, Performa tim ini sudah mulai menurun. Artinya di Tur Nusantara saja, Lawan-lawan Timnas dari Tim Pra Pon ataupun U-21 Klub-klub Indonesia sudah mulai membaca Gaya Permainan Timnas U-19 ini.
Mulai Muncul Kekhawatiran pada Masyarakat, setelah seiring kekelahan demi kekalahan yang diderita pada Timnas U-19 di TurnamenHBT 2014ini. Seolah Tim ini sudah menjadi Macan Ompong bahkan minim kreasi. Ditambah lagi sudah tidak ada upaya untuk bisa membongkar pertahanan lawan. Koordinasi Permainan sangat-sangat lemah. Pemain-pemain cenderungmudah jatuh. Fathurrahman yang dulu dijuluki Philip Lahmnya Indonesia, sangat mudah skali dilewati oleh Striker atau Sayap-saya lawan. Evan Dimas yang dulu sangat-sangat cermat dan tepat mendribling, mengumpan dan akurasi tembakan ke gawang sangatlah bagus, semenjak di Turnamen ini, hanya bagus di babak ke 2 saat melawan Malaysia. Dan yang paling menurun performanya tentunya adalah Defender serta Goal Keeper Timnas. Ravi Murdiyant0 sangat-sangat menurun performanya. 4 tembakan jarak jauh memberikan kemenangan lawan. Saya kira, Ravi sudah mulai menurun Psikisnya bila tidak ditangani oleh Para Psikolog Timnas. Dan menurut saya, Runtuhnya Permainan Timnas adalah saat Kalah lawan Brunei Darussalaam.
Saat Melawan Brunei merupakan Hari yang sangat menjatuhkan Pikiran dan membikin Drop Pemain. Mereka baru tahu bahwasanya Kelemahannya mereka ada disitu. Lemah dalam Transisi tengah ke belakang, di tambah bobolnya gawang Timnas yang harusnya itu tidak Terjadi. Sehingga kekhawatiran semua Pemain adalah Traumatis dgn kejadian seperti itu. Belum lagi sembuh Drop atau Penyakitnya Timnas U-19, harus berhadapan dengan Vietnam U-19 yang tentunya akan lebih mudah menerapkan Strategi mencecar areaTransisi tengah - belakangTimnas yang lemah. DanPuncaknyaketemu Kamboja U-21 yang menerapkan hampir mirip Vietnam tetapi masih levelnya Kamboja, dan itupun ternyata masih berhasil mengalahkan kita.
Inilah anti Klimaks dari kesuksesan dari Timnas yang berbanding lurus dengan ekspektasi masyarakat. Timnas yang dulu dielu-elukan, bahkan levelnya dikatakan sudah Eropa harus terjatuh dengan Tim-tim yang harusnya bisa mereka Kalahkan. Sangat Mungkin Pemain mempunyai Kepercayaan yang terlalu Tinggi, dan berfikir bahwa tiadanya Celah dari Tim ini, tetapi harapan kita mereka bisa menyadari dari Situasi ini, shg Nantinya secara Mental lebih kuat.
Harusnya Timnas U-19 ini, sudah bisa Instropeksi saat kalah dari Myanmar saat Ujicoba dahulu. Tetapi ternyata Penyakit itu belumlah terobati. Dan ini benar-benar menjadi lecutan untuk Tidak berbangga diri dan harus benar-benar Konsen pada setiap Pertandingan. Walau sebagian Pengamat Kompasiana juga menganalisa dari sisi Psikis yang tidak diberangkatkan ke Spayol, tetapi menurut saya Anak-anak Timnas tentunya sudah diajari Professional dgn berbagai Sistem dan Pemikiran yang tentunya sudah dirapatkan semua Pihak. Dan tentunya Indra Safri bukan Orang yang Bodoh, “Misalkan itu akal-akalan PSSI atau BTN”. Saya Yakin. Indra Safri tidak mau menjerumuskan Anak Didiknya pada kehancuran, Tentunya itu sudah di Rapatkan bersama.
Justru Saya punya Pemikiran yang lain, misalkan Pemikiran saya diatas keliru. “Mungkinkah Indra Safri menyengaja untuk membiarkan Timnas U-19 ini untuk Kalah dan mengalah” dengan Tujuan untuk Mengelabuhi lawan Agar Memandang Remeh kita di Myanmar nanti?”. Krn tentunya Hampir semua Timnas U19 Asia kemaren tentunya akan membicarakan Kehebatan kita dan Mulai berhati-hati, terlebih data-data kita di Youtube sudah bertebaran dimana-mana. Dengan Strategi mengalah tentunya Lawan akan meniru Gaya Tim Lawan yang mengalahkan Indonesia. Maka ini hanya “Andai dan Andai”. Bila benar maka Salut untuk Indra Safri.
Maka Kita sebagai Warga Negara sekaligus Pecinta Timnas, berdo’a dan berharap smoga Tim ini akan segera Kembali dan bisa memenuhi Target serta Ekspektasi Masyarakat Indonesia.
Aamiin.