Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Daffa Imran, Korban Eksploitasi Anak atau Kecerobohan Media?

13 Maret 2015   05:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 2947 0


Fakta tersebut mengemuka setelah beberapa pihak melakukan pengecekan ke laman resmi Real Madrid. Ada banyak kelompok umur di tim junior Real Madrid: Castilla, Cadete, Juvenil, Alevin, dll. Nama Muhammad Daffa Imran tidak termasuk ke salah satunya. Untuk memastikan silakan cek tautan berikut.

Ternyata Daffa hanya mengikuti International Training Program, sebuah proyek pelatihan sepakbola usia dini hasil kerjasama antara Real Madrid Foundation (RMF) dan Adidas yang bisa diikuti siapapun asal lahir pada tahun 1998 atau 1999 dan sanggup membayar biaya pelatihan sekitar 1000 USD. Jika semua syarat terpenuhi, selama seminggu penuh maka mereka akan mendapat edukasi dan pelatihan sepakbola untuk usia dini dari pelatih berlisensi yang dipekerjakan oleh Real Madrid, berlatih dengan fasilitas nomor wahid di Valdebebas (kamp latihan milik Real Madrid), serta diajak wisata berkeliling kota Madrid. Mereka juga berkesempatan menyaksikan langsung penampilan Cristiano Ronaldo dkk di Santiago Bernabeu jika bersedia mengeluarkan biaya tambahan.

Hanya itu yang Daffa Imran lakukan. Tidak ada kaitan sama sekali dengan tim junior Real Madrid, apalagi menjadi kapten dan berpeluang promosi ke tim senior seperti yang digemborkan sebelumnya.

Eksploitasi anak. Hanya itu yang terlintas di pikiran saya terkait pemberitaan Daffa Imran. Dia tidak layak disalahkan. Jika ada yang harus dikambinghitamkan, salah satunya tentu Zuchli Imran Putra yang menyebarkan kabar bohong terkait sang anak. Meski setelah fakta terbongkar dia mengelak dengan mengatakan itu hanya kesalahpahaman semata. Bayangkan, betapa besar kini beban psikologis di pundak Daffa. Saya tidak yakin mentalnya sudah cukup kuat menanggung pemberitaan (yang ternyata) tidak benar. Apalagi resiko bullying tentunya tidak dapat dihindarkan

Saya juga sangat menyayangkan media yang memiliki andil terbesar dalam menyebarkan kabar tidak benar tentang Daffa yang menjadi kapten Real Madrid U-15. Entah sudah berapa banyak media yang begitu membanggakan prestasi Daffa namun beberapa hari kemudian menulis yang sebaliknya seolah tak berdosa. Satu media menulis "kabar A", lalu semua ikut menulis "kabar A". Beberapa diantaranya bahkan hanya copy-paste. Seburuk itukah kualitas jurnalisme di Indonesia? Apa tidak ada satupun media yang melakukan kroscek sebelum memuat berita tersebut? Pertanyaan serupa juga berlaku untuk Pemkot dan Wali Kota Bekasi.

Mungkin ini terlihat seperti persoalan sepele, namun mestinya bisa dijadikan pelajaran untuk meningkatkan kualitas jurnalisme di Indonesia yang belakangan semakin buruk di mata masyarakat. Bukan hanya soal kualitas konten yang dianggap tak lagi mengedukasi namun desas desus tentang keberpihakan beberapa media pada pihak-pihak tertentu. Lalu harus kepada siapa lagi masyarakat percaya?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun