Setiap suku atau etnis di Indonesia memiliki budaya yang unik - unik. Bahkan setiap daerah memiliki budaya yang begitu mengagumkan untuk dilihat. Kekayaan Indonesia akan budaya memang tidak perlu diragukan lagi, begitu banyak budaya yang ada di Indonesia.
Indonesia juga memiliki tradisi - tradisi yang menakjubkan pula. Bahkan tradisi ini sudah turun temurun dari generasi ke generasi untuk terus dilestarikan. Salah satu tradisi unik yang ada di Indonesia adalah kain kulit kayu.
Kain kulit kayu merupakan pakaian tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah yang merupakan pakaian tradiaional dari etnis Lore . Pada masyarakat Lembah Bada, kain kulit kayu ini disebut dengan nama ranta, di Lembah Kulawi disebut dengan nama kumpe, di Lembah Napu disebut dengan nama hampi, dan di Lembah Besoa dikenal dengan nama inodo.
 Umumnya kain ini terbuat dari pohon beringin (Ficus spp.). Namun beberapa kain juga dapat terbuat dari pohon saeh (Broussonetia papyrifera). Biasanya kain kulit kayu dari pohon saeh akan dicat dengan pewarna alami cerah untuk membuat motif tradisional.
Kain kulit kayu ini tidak dapat sembarangan digunakan oleh masyarakat. Pakaian dari kain kulit kayu hany digunakan pada upacara adat saja. Hal ini dikarenakan pakaian ini mudah rusak terlebih apabila terkena air.
Kain kulit kayu dari pohon beringin biasanya akan berwarna coklat atau kemerahan. Pada jaman dahulu kain kulit kayu ini sangat membantu masyarakat dan sering dimanfaatkan untuk berbagai hal. Kain kulit kayu dahulunya digunakan untuk selimut, sebagai pembatas ruangan, pakaian, dan sebagai pelana kuda.
Pada jaman duhulu pula, kain kulit kayu dipergunakan sebagai alat barter. Beberapa masyarakat Sulawesi Tengah akan membarter kain kulit kayu dengan kerbau. Hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada dahulu kala.
Untuk proses pembuatan kain kulit kayu cukup memakan waktu dan tenaga, paling tidak membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 11 hari. Namun yang perlu diingat bahwa masyarakat Lore tidak menebang pohon beringin untuk mengambil kulitnya. Etnis Lore hanya mengambil cabang dari pohon beringan untuk kemudian mengambil kulitnya.
Proses pertama dalam pembuatan kain kulit kayu dari pohon beringin ini dimulai dengan merebus kulit kayu terlebih dahulu. Kulit kayu yang digunakan adalah kulit bagian dalam. Kulit kayu akan memakan waktu yang cukup lama dalam perebusan hingga kulit kayu benar-benar lembut.
Setelah kulit kayu lembut, proses selanjutnya adalah melakukan fermentasi. Kulit kayu dibungkus dengan daun pisang dan kemudian disimpan agar terjadi proses fermentasi. Proses ini membutuhkan waktu dua hingga empat hari.
Kulit kayu yang telah melewati proses fermentasi akan dihaluskan menggunakan palu dari kayu. Hal ini dilakukan agar serat kulit kayu menjadi lebih tipis. Serat yang tipis akan mempermudah proses selanjutnya dalam pembuatan kain kulit kayu.
Kulit kayu yang telah memiliki serat tipis kemudian dihaluskan lagi menggunakan batu ike. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari. Kulit kayu yang sudah tipis akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi kain.
Setelah semuanya selesai, beberapa potong kulit kayu digabungkan menjadi satu. Hasil penggabungan ini akan menghasilkan lembaran kulit kayu yang lebih besar. Dan setelah itu akan memasuki proses terakhir yaitu pengeringan.
Sebelum dikeringkan, lembaran kulit kayu diberi getah pohon terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menguatkan lembaran kulit kayu serta mengawetkan kain kulit kayu nantinya. Proses pengeringan akan membutuhkan waktu tiga hingga empat hari.
Kain kulit kayu dapat bertahan hingga tiga tahun dalam pemakaian rutin. Namun pada jaman duhulu, untuk memperpanjang masa pakai pakaian kulit kayu, masyarakat Lore tidak mencuci pakaian tersebut. Pakaian hanya dilepas dan digulung kemudian disimpan di dalam lemari.
Kain kulit kayu telah menjadi tradisi yang perlu dilestarikan dan perlu diajarkan pada generasi selanjutnya. Pakaian kulit kayu dari Lembah Bada telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda. Dan menurut penelitian kain kulit kayu merupakan artefak berharga yang dimiliki oleh Indonesia.
Namun beriring dengan majunya teknologi, kain kulit kayu sudah mulai diproduksi. Semenjak hadirnya mesin tenun, masyarakat lebih menggunakan mesin tenun karena lebih praktis dan cepat. Pembuatan kain dan pakaian dari kulit kayu semakin mengalami kemunduran semenjak adanya mesin.
Semoga kedepannya, kain kulit kayu dapat eksis kembali di dunia fashion Indonesia. Peran anak muda akan sangat dibutuhkan untuk membangun kembali industri kain kulit kayu. Teknologi yang mendukung pembuatan kain kulit kayu juga perlu dikembangkan sehingga masyarakat menjadi tertarik kembali terhadap kain pohon beringin.
Pustaka:
https://www.mongabay.co.id/2022/12/06/kain-kulit-kayu-pakaian-tradisional-dari-lembah-bada/
https://www.antaranews.com/berita/275519/pameran-kain-unik-dari-kulit-pohon-beringin