Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Lebih dari Sekedar Survive

10 Maret 2012   11:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15 316 0

Hidup tentu ada bahagia dan ada derita. Beberapa diantaranya ada yang sangat menderita, kehilangan orang yang dicintai, orangtua yang bercerai, kecelakaan sehingga harus kehilangan salah satu anggota tubuh, bangkrut, dan lain sebagainya.

Ketika kita mengalami penderitaan yang amat sangat, tentu kita merasa sangat tertekan, jatuh terpuruk, tak berdaya. Tapi, berapa lama kita akan berada dalam keadaan terpuruk? Apakah kita akan terus terpuruk? Ada kalanya dalam hidup manusia mengalami penderitaan yang amat sangat. Namun ternyata, ada orang-orang tertentu yang mampu bertahan, atau bahkan mampu kembali ke keadaan semula. Lebih hebatnya lagi, ada jenis orang-orang tertentu yang mampu menjadikan penderitaan itu sebagai titik balik keadaan, menjadikan dia jauh lebih baik dari sebelumnya.

Pada tahun 55-an, Emmy Worner yang tinggal bersama suku Kawai menemukan fenomena unik. Para orangtua pada suku ini memiliki perilaku dan kondisi psikis yang sangat tidak sehat. Banyak mabuk, judi, selingkuh, kawin cerai, tawuran, dll. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada generasi muda. Mereka kemungkinan besar akan mengikuti pola hidup para orangtuanya. Namun ternyata ada 1/3 anak yang memiliki perilaku dan kondisi psikis yang sehat. Ini membuat Emmy Worner bertanya-tanya, ada apa dengan 1/3 anak ini? Ada mekanisme apa pada 1/3 anak ini? Penelitian terus berlanjut, dan muncullah konsep resiliensi.

Resiliensi adalah daya lentur. Ketika mengalami penderitaan, seseorang akan mengalami stress namun tidak berkepanjangan, lalu mampu bangkit lagi ke keadaan semula. Kita bisa mengatakan itu adalah resiliensi jika penderitaan itu sangatlah berat atau signifikan, seperti orangtua bercerai, salah satu anggota tubuh diamputasi, kematian seseorang yang sangat berarti, dan lain sebagainya. Selain itu juga harus ada perilaku yang positif, sehingga ia mampu bangkit kembali.

Sebelumnya, mungkin kita sering mendengar kata survive. Nah, resiliensi ini lebih dari sekedar survive. Mc Cubing & Mc Cubing menjelaskan, ada empat macam yang dilakukan manusia ketika mengalami penderitaan, yaitu:

1.Succumbing, yaitu ketika individu jatuh tidak bangun-bangun lagi, terus terpuruk dengan keadaannya (tidak harus diakhiri dengan bunuh diri).

2.Survive, yaitu ketika individu jatuh kemudian bertahan pada titik tertentu agar tidak jatuh lebih dalam lagi.

3.Resiliensi, yaitu ketika individu jatuh, ia stress dan jatuh begitu dalam, lalu kemudian melenting dan dapat kembali ke keadaan semula.

4.Thriving, yaitu ketika individu jatuh, dan kejatuhan itu menjadi titik balik untuk akhirnya berhasil lebih tinggi (resiliensi dengan kapasitas tinggi) tidak hanya sekedar kembali ke keadaan semula, namun lebih baik dari itu.

Lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun