Kita tahu banyak yang mengaitkan skandal pajak BCA yang melibatkan Hadi Purnomo ini dengan niatan Ketua KPK Abraham Samad yang ingin menjadi pendamping Jokowi dalam pertarungan Pilpres Juli nanti. Tak sedikit pula yang mengaitkan skandal pajak BCA ini dengan dugaan ditemukannya bukti baru kasus Century oleh Hadi Purnomo. Maka untuk meredamnya, mantan Ketua BPK itu pun dihadiahkan status tersangka tepat di hari ulang tahun dan pengumuman pensiunnya.
Namun terlepas dari semua asumsi dan prediksi yang beredar itu, muncul tanda tanya besar soal mandegnya kelanjutan kasus ini. Entah mengapa KPK seperti kehilangan kepercayaan diri begitu kasus ini sedang dalam perjalanan menuju titik terang. Padahal bukti sudah cukup kuat. Kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam pemulusan permohonan penghapusan pajak oleh Hadi Purnomo untuk BCA pun semakin menguatkan adanya praktik kongkalingkong dalam kasus ini. Belum lagi bocoran dari Wikileaks yang menyebut Hadi Purnomo sebagai salah satu pejabat korup. Secara logika, seorang korup yang terhubung dengan pihak yang memiliki kepentingan terkait keuangan (dalam hal ini pajak) bertemu dalam titik ‘sama-sama cari keuntungan’ tentu tak lain lagi melakukan praktik korupsi. Bahkan logika orang awam akan mengatakan demikian. Tapi sekali lagi mengapa KPK seperti kehilangan tajinya?
Hitung-hitungan pajak yang mesti dibayar BCA pada 2003 memang tak sebanding dengan kekayaan bank swasta nomor satu di Indonesia ini. Rp375 miliar tentu bukan apa-apa dibading laba bersih bank ini yang tercatat Rp10,4 triliun pada 2013 lalu. Jika mau, BCA bisa saja membayarkan sisa hutang pajak mereka sekarang dengan dalih adanya silang pendapat dalam penghitungan pajak pada 2003 lalu. Namun, sebagai bank dengan citra amat baik, tentu BCA tak ingin seperti itu. Di mata public, BCA mesti tampil sebagai bank/institusi yang taat hokum agar kepercayaan para konsumen maupun nasabahnya tetap terjaga.
Nah, jika tidak bisa dengan cara itu, pintu mana lagi yang bisa dimasuki BCA. Adalah pemilihan presiden Juli nanti yang banyak menyita perhatian masyarakat. Tanpa diduga, Jusuf Kalla berhasil membuat dirinya menjadi pendamping Jokowi pada pilpres nanti. Tak heran jika ‘barisan sakit hati’ kemudian banyak yang merapat kepada kubu sebelah dengan calon presidennya Prabowo Subianto. Lalu, apakah Abraham Samad selaku lokomotif KPK termasuk dalam ‘barisan sakit hati’ tersebut. Jawabannya: sebaliknya!
Sudah jadi rahasia umum bahwa BCA termasuk dalam salah satu pendana PDIP dan Jokowi dalam tiap tarung politiknya. Atas lobi kesamaan suku, Jusuf Kalla akhirnya berhasil meredam sradak sruduk Samad memainkan skandal BCA. Jusuf Kalla memang terkenal jago melobi. Selain lewat kesukuan, kabarnya Jusuf Kalla telah memberikan bangku Jaksa Agung kepada Abraham Samad jika Jokowi-JK berhasil memimpin negeri ini. Dengan tawaran yang begitu menarik, pantas kiranya Samad kemudian jinak dan membuat kasus BCA yang awalnya bak petir di siang bolong jadi melempem seperti kerupuk basi. Dengan kata lain: anti-klimaks.
Lalu bagaimana dengan Hadi Purnomo. Si Pak Tua sudah dipastikan akan terjerat dan bisa jadi malah menghabiskan sisa hidupnya dalam penjara. Sementara BCA, akan tetap segar seperti sedia kala dan siap menggelontorkan dana segar pula pada trio Jokowi-JK-Samad. Haleluya!