Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kekasih Hujan

21 Desember 2019   07:40 Diperbarui: 22 Desember 2019   07:23 12 0
Aku kembali di rujuk kekasih.
 Di luar sedang hujan, pada selokan-selokan mengalir kenangan, pipi yang tak bersalah dibanjiri genangan.
Desember lalu aku merasa sangat berdosa kepada mu ketika hujan tapi tak sepatah pun puisi tersurat dari liang rasaku. Mendung adalah makhluk paling bijak waktu itu, hadir lenyapkan mentari memberi pesan sudah waktunya memetik aksara, walau aku harus jadi sastrawan paling hina yang meculik kebijaksanaan cinta dari branda-branda sastra milik orang lain. Aku di perbudak rindu yang sudah hampir membeku, ku-bujuk hujan menambah durasi, bila belum rampung puisi-puisi ku. kesalahan besarku,aku lupa mengaborsi luka,aku lupa  menghadap Tuhan sekedar memohon untuk membantai hujan.
Dan beberapa hari ini aku dirujuk. Datang hujan mengecup jendela rasaku, merayu aksara tuk bijak keluar dari persemayamannya. Grutuk petir terdengar sesekali berpuisi untuk daku yang entah kenapa. Aku di berbaringan dilahap gelisah, handphone pada genggam kiri, bingung dengan tingkah jemariku yang berulangkali berpindah-pindah aplikasi, dari satu aplikasi tak ada yang menarik, yang satunya hanya dipunuhi celotehan ibuk-ibuk yang kalah arisan. Sedangkan Syair-syair di dinding Kumal kamarku  masih utuh tentang raut wajahmu, mereka menghening sejak pergimu di suatu malam. Sampai kapan kekasihku?? Dari hati kecilku berdengung tanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun