Burung2 wahyu menyangkar menyatu.
Mengantar pesan brwujud kicau merdu.
Indra ini berisyarat lucu,
Tak skalipun menyaksi hal begitu.
Hingga indulgensia pun tak mampu tuk mengaku.
Tentang perasaan haru biru.
Senar dawai nadi menari-nari nan syahdu mengalun lagu.
Pohon2 perdu mendamai sapa pada tatap nan ayu.
Xylen dan floem itu brpacu mengiring laku.
Setetes, se-mililiter.
Hingga brjuta kubik satuan nikmat dlm wujud cair.
Dalam bntuk samudera agung.
Brbingkai putihnya pasir, brlatar hijaunya gunung.
Ranum alam perawan.
Gerincing tujuh kurcaci mengisak haru di tanah Sasak.
Brkain sutera, brmotif los.
Ya, khas personil-personil Lombok.
Pada kpala, mereka menyunggi. Pada bahu, mereka mengangkat. Pada jari, mereka menjinjing.
Perempuan2 ayu, kaliber lelaki pulau.
Mata ini menjangkar.
Nafas ini mengupas.
Pasir, air, rimba, perahu, bayu, paras-paras lugu.
Memaksa tuk mengaku.
Di Mataram, di hamparan Senggigi ini, kutebar kagum tak terkata.
(by Kana, Mantan Ketum (Pertama) HMI Ilmu Budaya Surabaya)