Penulis memang seorang aktivis gadungan kala itu, yang ikut bergerak di daerah Kota Malang, menyuarakan nasib rakyat yang tertindas akibat ketidakadilan penguasa, ikut juga merasakan perihnya gas air mata dari aparat yang menghalangi gerakan mahasiswa. Puncaknya terjadinya insiden berdarah  di depan kampus  ITN dan kampus Unmer Malang sekalipun tidak ada korban jiwa seperti di Jakarta.Â
KEMBALI KE ARTIKEL