Di dalam berkomedi ada beberapa teknik yang bisa dipakai untuk menimbulkan tawa. Tehnik yang paling mudah adalah dengan me-Roasting diri sendiri. Me-Roasting diri sendiri adalah, gampangnya, menghina diri sendiri. Kenapa mudah? Karena kita tidak perlu berfikir apakah diri kita akan tersinggung atau tidak karena dihina oleh diri sendiri. Ya jelas gak tersinggung lah.
Nampaknya ini menjadi problem di tubuh Muhammadiyah. Gak jarang, kawan2 enggan bercanda lantaran saya Muhammadiyah, takut menyinggung, katanya. Padahal kalau mau bercanda mah bercanda aja. Masa iya setiap ngobrol saya harus memperkenalkan diri kalau saya Muhammadiyah dan melarang bercanda. Bisa mati muda saya.
Pelan tapi pasti, Muhammadiyah menjelma menjadi ormas yang selalu sepaneng, setidaknya itu menjadi stereotipe tentang Muhammadiyah yang ada di otak saya, saat ini. Bagaimana tidak, melihat akun twitter yang mengatasnamakan Muhammadiyah Garis Lucu (@muhammadiyahGL) mendapat pertentangan dari akun twitter mengatasnamakan Muhammadiyah lainnya. Mencemarkan nama baik Muhammadiyahlah, ngelarang pakai nama Muhammadiyahlah, dikatain gak lucu lah, macem macem.
Hal seperti inilah yg semakin menegaskan bahwa Muhammadiyah harus sepaneng, Muhammadiyah gak boleh lucu. Kalau mau melucu, ijin dulu dengan Muhammadiyah 'yang lain'. Kalau disetujui, baru boleh melucu. Yang awalnya yang penting ketawa, jadi kebanyakan mikir. Padahal, apa yang ditweetkan @muhammadiyahGL itu masih seputar diri sendiri, Muhammadiyah.
Ayolah, akhi, ukhti, ustad, ustadzah, pimpinan boarding school (Muhammadiyah gak ada pesantren, ya intinya sama aja sih), kadang kita perlu menertawakan soal Kemuhammadiyahan yg ada pada dirimu lho, biar santai dikit. Yakin, kalian pasti pernah merasakan dan mengalami kekonyolan menjadi warga Muhammadiyah.