Seorang Filipino pernah mengeluh pada saya, "How can you know that you should look up the entry 'sembuh' in the dictionary to find the meaning of 'menyembuhkan'? Where do the letters -ny- come from?" Saya sih senyum-senyum saja sambil menjawab, "
Well, it just comes naturally into our mind.... When we want to find a meaning of an affixed word (kata berimbuhan) inBahasa Indonesia we should first look up the root word." Itulah keunikan (?) Bahasa Indonesia. Meskipun banyak ekspatriat berpendapat bahwa Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa termudah di muka Bumi untuk dipelajari (cek saja sama Mbah Google), mereka pun (dan mungkin kita juga?) sering menemui kesulitan dengan persoalan afiksasi yang cukup rumit. Bayangkan saja, ketika kita membaca koran, majalah, atau media apa pun dalam bahasa Indonesia, semua verba yang muncul hampir pasti sudah dilekatkan dengan prefiks (me-, di-, ber-, ter-, per-, dll) dan/atau sufiks (-kan, -an, -i, -lah, -kah, dll.). Seandainya prefiks tidak berubah atau mengubah kata dasar, tentu tidak akan ada masalah. Tetapi, kenyataannya, kombinasi antara prefiks (terutama
me-) dan kata dasar menghasilkan kata turunan yang bervariasi. Prefiks
me- bisa menelurkan
6 alomorf, seperti
me-,Â
mem-,
men-,
meng-,Â
meny-, dan
menge-. Kerumitan pun masih ditambah lagi dengan beberapa huruf yang luluh ketika bertemu dengan prefiks
me- ini. Dalam kasus yang diceritakan di atas, huruf
s dari kata
sembuh luluh ketika dijodohkan dengan
me- (yang lantas berubah menjadi
meny-). Huruf-huruf yang bernasib serupa, misalnya
k (
mengalah),
p (
memerkosa), dan
t (
menanak). Nah... kerumitan di atas mungkin bisa terselesaikan seandainya KBBI (dan kamus bahasa Indonesia lain) sudi memuat kata-kata berimbuhan tersebut dalam lema utama, bukan cuma sublema. Tujuannya agar pengguna kamus dapat menemukan kata dasar yang dibutuhkan dengan mudah. Jadi, ketika si ekspat mencari makna
menyembuhkan, dia akan menemukan tulisan sbb:
me·nyem·buh·kan v lih. sembuh Cara ini saya kira sangat membantu. Namun, jikalau hal ini dianggap memakan terlalu banyak halaman, saya kira jalan alternatifnya adalah menuliskan skema afiksasi pada
footer (baris-baris terbawah) di setiap halaman kamus ATAU pada
hardcover bagian dalam. Jadi, hasilnya kira-kira seperti ini:
me- + a, e, g, h, i, k, o, u = meng- me- + b, f, u, v = mem- me- + c, d, j, t, z = men- (...dst.) Tips ini memang ringan dan sepele, tapi akan sangat membantu para ekspatriat yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Bagaimana? ================================================
PS: Saking ribetnya proses afiksasi dalam Bahasa Indonesia, kita pun masih kesulitan menentukan terjemahan yang tepat untuk
purgatorium itu "
api penyucian" (kata dasar: suci) atau "
api pencucian" (kata dasar: cuci). Selain itu, saya juga kesulitan memahami perbedaan makna
menyanyi danÂ
bernyanyi. Kompasianer bisa membantu?
KEMBALI KE ARTIKEL