Seringkali adanya Allah dianggap hanya dapat dipahami melalui
IMAN dan
WAHYU ilahi yang terdapat dalam
KITAB SUCI. Tidak jarang pula umat beragama menafikan peran rasio (akal budi) manusia, seolah-olah akal budi tidak berdaya untuk membuktikan adanya Allah. Tersebutlah salah satu filsuf terkemuka abad pertengahan:
Anselmus dari Canterbury (1033-1109). Mulanya Ia seorang biarawan Benediktin yang lalu menjadi Uskup Agung di Canterbury, Inggris. Ada 2 judul karya yang ia hasilkan untuk membuktikan adanya Allah:
[1] Monologion dan
[2] Proslogion. Namun, karya Proslogion lebih terkenal dan diperdebatkan, bahkan sampai saat ini, a.l. oleh
Bonaventura, Thomas Aquinas, Dun Scotus, Descartes, Leibniz, Immanuel Kant,
Hegel, hingga beberapa filsuf analisis bahasa abad XX.
Lantas, apa yang dikatakan Anselmus dlm Proslogion? # Pembuktiannya disebut:
Pembuktian Ontologis. #
Alur logikanya (secara singkat dan sederhana) begini: * Kita semua setuju bahwa dengan nama “Allah” dimaksudkan
“hal yang tidak dapat dipikirkan lebih besar lagi” (
“id quo nihil majus cogitari potest”). Atau dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan nama “Allah” adalah hal yang lebih besar daripada segala hal lain yang dapat dipikirkan. * Nah, tidak mungkin bahwa “hal yang tidak dapat dipikirkan lebih besar lagi” itu hanya berada dalam
PEMIKIRAN saja. Sebab, hal yang berada dalam pemikiran saja bukanlah hal terbesar yang dapat dipikirkan. Sebab, lebih besar lagi adalah berada dalam
KENYATAAN. * Kesimpulannya, Allah tidak hanya berada dalam pemikiran, tetapi juga dalam kenyataan. Jadi, Allah sungguh-sungguh
ADA. [Sumber: Bertens,
Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, 1998 (rev.ed.), hlm. 26-27] =====
taken from: http://hirekaeric.wordpress.com/2009/07/25/anselmus-adanya-allah-dapat-dibuktikan-tanpa-kitab-suci/
KEMBALI KE ARTIKEL