Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Suzuki, Kawasaki, dan Bajaj dalam Persaingan Industri Roda Dua

26 Maret 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29 1114 0
Persaingan  roda dua sudah mengerucut kepada dua pabrikan, Si Sayap alias Honda dan Si Garputala alias Yamaha. Dalam rentang beberapa bulan saja, kedua pabrikan asal Jepang ini mengeluarkan beberapa model sepeda motor yang semakin membuaat ngiler para calon konsumen untuk segera membelinya. Setiap kelas/lini produk sudah dijamah oleh kedua pabrikan ini. Mulai dari bebek karburator, bebek matic, retro matic, sport karburator, sport injeksi, bebek injeksi, matic injeksi, sudah dijejali oleh kedua pabrikan ini. Sehingga bisa dikatakan persaingan mereka ini dapat diibaratkan sebagai "two horses race". Lalu bagaimana pabrikan lain selain Si Sayap dan Si Garputala dalam menghadapinya ? Strategi yang dilakukan oleh Suzuki, Kawasaki, dan Bajaj cukup menarik untuk dibahas.

Suzuki yang sekian puluh tahun bertanding dengan Honda, akhirnya harus lengser oleh Yamaha dengan Mio-nya, yang seketika mengubah Yamaha menjadi pesaing kuat Honda, dan Honda dibuat kewalahan oleh strategi Yamaha untuk melemparkan berbagai model ke pasaran pasca kesuksesan besar yang diraih Mio, bisa dikatakan Yamaha memanfaatkan momentum yang ada. Usaha Suzuki mengeluarkan Arashi, Skywave, Skydrive, Hayate, dll ( segala model sepeda motor bebek dan matic ) ke pasar dengan harapan mampu memenangkan persaingan, akhirnya harus mentok juga oleh keagresifan Yamaha dan Honda dalam mengeluarkan model sepeda motor yang serupa. Pada akhirnya, Suzuki mampu survive juga melalui Satria F 150 cc yang beraliran underbone, walau sangat disayangkan Honda tidak mampu mempertahankan Honda Sonic, sehingga Satria F menguasai lini produk underbone sendirian.

Kawasaki, hampir tidak pernah terdengar gebrakan sebelum mengeluarkan produk yang mampu memalingkan perhatian konsumen dari Si Sayap dan Si Garputala, yaitu Ninja 250 cc. Seri Ninja sebelum versi 250 cc sudah ada, tapi masih bermesin 2 tak. Dengan model berbentuk motor sport eropa, jumlah cc dan harga OTR yang 'mencenangkan', Kawasaki mampu menciptakan lini produk yang belum dimasuki pabrikan motor manapun di Indonesia (entah masih awam atau takut apakah mampu laku dijual, disesuaikan dengan ekonomi Indonesia dan berkaca pada kasus Scorpio ). Kawasaki mampu membuat diferensiasi, dan juga mengetahui fakta bahwa masyarakat Indonesia itu konsumtif dan "menyembah" ke-prestisius-an. Sebuah kemenangan telak bagi Kawasaki dan pukulan yang (pastinya) menohok Honda dan Yamaha, yang akhirnya ikut-ikutan terjun di kelas sport bike. Sejak saat itu, Kawasaki berfokus pada motor  150cc ke atas, entah itu sport bike dan trail.

Dan Bajaj, dari awal sudah menyadari  bahwa bermain di kelas bebek dan matic sama saja dengan bunuh diri, dan dari awal sudah mem-branding bahwa Bajaj merupakan motor lelaki dan sudah terlihat jelas dengan tagline dan iklan yang sudah muncul baru-baru ini. Dengan mencampurkan dua pemikiran di atas, Bajaj akhirnya memperkenalkan : motor laki gak perlu mahal. Sudah jelas bahwa Bajaj ingin menyasar golongan menengah ke bawah, yang ingin mendapatkan motor laki dengan harga sebuah motor bebek. Sehingga dalam waktu singkat, motor-motor Bajaj yang memang semuanya bertipe "laki" menjadi motor sejuta umat.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah, ciptakanlah diferensiasi dalam lini produk, jikalau persaingan di dalam salah satu lini produk sudah sangat mencekik leher. Walau terkesan tidak wajar (entah itu model, harga, atau besaran cc )tapi mampu mengedukasi sekaligus menggoda para konsumen, kenapa tidak? Toh, konsumen sekarang dikenal kritis dan pintar, serta mampu memperhitungkan segala aspeknya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun