Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music

HIMpersada20: 10-16 Oktober 2021 (Kilas Balik Musik 2005-2014: Bagian 12)

11 Oktober 2021   07:15 Diperbarui: 11 Oktober 2021   07:37 239 0
2010 : # Music (&) marketing

Baru-baru ini penulis mengunjungi sebuah toko kaset yang sebenarnya sih lebih dominan diisi oleh etalase CD dan DVD. Suasananya relatif sepi, paling pembeli yang datang pun sekedar yang ingin mengkoleksi album2 lama dalam format digital. Beda dengan yang penulis alami di era 80-90an, ketika saat itu videoklip dan chart lagu menjadi patokan kapan sebuah album baru dirilis dan mulai diburu penggemarnya.

Kini media pita kaset bergeser ke format digital yang bisa menyimpan banyak lagu. Tinggal colok di usb, ratusan lagu siap diputar. Bila di luar negeri kita mengenal iTunes, nach di pasar musik nasional kita mulai diperkenalkan pembelian lagu online secara legal lewat situs langitmusik. Modifikasi trik penjualan lainnya adalah jual konten mini album lewat bundling handphone. Setahu penulis, dengan sistem begini kebanyakan mengambil model jual putus alias tanpa adanya kewajiban sang provider handphone membayar royalti lagi, jadi yach dibayar per lagu dan fee sebagai brand ambassador doank.

Tokh, tidak semua orang sekarang ini memiliki player digital. Makanya untuk pemasaran di daerah, ada saja label yang tetap memproduksi kaset secara terbatas. Selain via jalur distribusi toko, tur konser, titip jual di jaringan pasar retail, sampai memanfaatkan mbak kasir di rumah makan yang sekaligus merangkap salesman materi fisik pun dilakoni, he3... Yang penting disini adalah saat menjual materi fisik, mestinya ada benefit tambahan bagi pembeli, baik dalam bentuk imbuhan pemberian merchandise langka maupun undian ketemu sang artis misalnya.

Dan yang juga penulis lihat menjadi trend belakangan ini adalah mendayagunakan media jejaring sosial sebagai alat promo yang relatif efisien, kalau efektif ? Nach, disinilah celah yang masih perlu dieksplorasi lagi oleh tim pemasaran label. Selama ini mereka baru sebatas baru mengajak para penggemar untuk gabung ke adres FB atau follow Twitter mereka, tapi belum sampai ke taraf mengelola komunitasnya dengan baik yang secara tak disadari, mereka bisa menjadi agen "word of mouth" yang mumpuni. Untuk soal ini, coba dech belajar caranya ke komunitas pengguna mobil.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun