Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Moral dan Ilmu Pengetahuan: Apa Peran Guru IPA dalam Menangani Krisis Karakter Siswa

16 November 2024   09:56 Diperbarui: 22 November 2024   09:39 135 1

Era digital saat ini, sosial media menjadi salah satu saluran utama, bagi anak-anak muda untuk saling berinteraksi, berbagi kabar berbagi informasi, dan mencari referensi dalam kehidupan mereka. Namun, dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, sosial media juga menjadi tempat yang rawan untuk penyebarluasan konten-konten yang dapat merusak moral termasuk perilaku buruk, ujaran kebencian, dan bahkan informasi-informasi hoaks. Fenomena ini tentu tidak lepas dari peran media sosial dalam membentuk sikap dan karakter anak remaja sekarang ini. Sehingga dapat kita lihat mulai munculnya krisis karakter di kalangan generasi muda yang tercermin dalam sikap-sikap kurang bijaksana dan tidak bertanggung jawab.

Dunia yang semakin terdigitalisasi ini, memiliki tantangan dalam membangun karakter siswa menjadi semakin berat. Media sosial, selain menjadi sarana untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, juga memfasilitasi penyebaran konten yang dapat mempengaruhi moralitas anak muda. Mereka lebih rentan terhadap dampak negatif seperti cyberbullying, tekanan untuk tampil sempurna, serta normalisasi perilaku negatif yang ditayangkan oleh influencer atau figur publik di media sosial. Hal ini dapat merusak konsep diri dan karakter siswa jika tidak disikapi dengan bijaksana.

Krisis karakter di kalangan siswa sering kali muncul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara perkembangan kognitif dan moral mereka. Di sekolah, siswa cenderung berfokus pada pencapaian akademik dan pemahaman materi, sementara aspek pembentukan karakter seperti tanggung jawab, empati, dan etika sering kali terlupakan. Hal ini diperburuk dengan pengaruh kuat dari sosial media, yang dapat membentuk norma dan perilaku yang tidak selalu selaras dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran.

Menurut berbagai penelitian, media sosial memiliki dampak besar terhadap pembentukan perilaku sosial dan pola pikir anak-anak dan remaja. Mereka sering kali terpapar pada konten yang dapat memperburuk persepsi mereka terhadap nilai-nilai moral, seperti kompetisi berlebihan, kebohongan yang dianggap biasa, dan perilaku tidak etis lainnya. Inilah mengapa penting bagi guru untuk tidak hanya menjadi pengajar akademis, tetapi juga sebagai teladan moral yang dapat memandu siswa menghadapi tantangan ini.


Seperti kasus yang pernah terjadi pada tahun 2022, di sebuah SMA yang ada di Jakarta, terjadi kasus perundungan yang melibatkan sekelompok siswa yang menggunakan media sosial untuk mengejek teman-teman mereka yang dianggap berbeda dalam hal pandangan atau gaya hidup. Selain itu, beberapa waktu yang lalu ada sebuah video viral yang memperlihatkan sekelompok siswa sedang melakukan tindakan kekerasan terhadap teman mereka di sekolah sehingga mengundang perhatian publik. Kasus ini memicu banyak pertanyaan mengenai kualitas moralistas dan karakter generasi muda terutama di kalangan pelajar. Kasus-kasus tersebut juga memunculkan kekhawatiran tentang krisis moral yang tengah terjadi di kalangan remaja di mana tercermin dalam perilaku mereka di lingkungan sekolah dan dalam interkasi sosial sehari-hari. Pendidikan yang seharusnya membentuk karakter kini sering terabaikan, bahkan dalam ruang-ruang kelas yang seharusnya menjadi tempat untuk berkembangnya nilai-nilai luhur.


Jika ditelisik lebih dalam, persoalan moral ini bukan hanya tanggung jawab guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan agama saja, namun juga tanggung jawab semua guru, termasuk guru IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya berfokus pada teori dan eksperimen ilmiah saja. Tanpa disadari  melalui ilmu pengetahuan alam, seorang guru dapat menanamkan nilai-nilai moral yang sangat penting bagi siswa. pendidikan IPA bukan hanya sekadar menyampaikan fakta tentang alam semesta saja, tetapi juga bisa menjadi sarana untuk mengajarkan rasa tanggung jawab, kepedulian terhadap lingkungan, dan etika dalam pengambilan keputusan ilmiah.

Ilmu pengetahuan mengajarkan kita tentang prinsip-prinsip objektivitas, kejujuran, dan ketelitian. Guru IPA dapat menanamkan nilai-nilai ini melalui praktik ilmiah, seperti pentingnya integritas dalam eksperimen dan riset. Dalam pelajaran IPA, guru bisa mengajarkan bagaimana sebuah penemuan ilmiah harus didasarkan pada bukti yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, yang merupakan bentuk konkret dari kejujuran dan tanggung jawab.

Guru IPA harus mampu menunjukkan kepada siswa bagaimana konsep-konsep ilmiah yang mereka pelajari memiliki implikasi moral yang luas. Contoh nyata yang relevan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Selain itu, pentingnya penelitian ilmiah yang beretika dapat mengajarkan siswa untuk berpikir kritis tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan moralitas saling terkait. Dengan demikian, guru IPA berperan sebagai pendidik yang dapat membentuk karakter siswa sekaligus mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang memiliki rasa tanggung jawab dan peduli terhadap sesama makhluk, lingkungan sekitar bahkan terhadap masa depan dunia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun