Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Ahok: Lo Gila, Gue Gila, Ya Sama-sama Gila!

7 Oktober 2014   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04 18 0
In hindsight, seenggaknya sampai hari ini, keputusan Ahok buat keluar dari Gerindra bulan lalu itu sepertinya membuahkan hasil yang baik.

Orang percaya Ahok itu pekerja keras dan jujur. Saya juga percaya itu, tapi tidak serta merta itu membuat Ahok jadi buta politik. Saya malahan beranggapan Ahok ini politikus paling licin yang ada di gelanggang perpolitikan Indonesia sekarang ini.

Dia berhasil mengambil poin-poin yang baik dalam pengalamannya menyelam di kubangan sebagai legislator di DPRD dan DPR: pengetahuannya mengenai undang-undang terlihat memuluskan pekerjaannya selama menjadi Bupati di Belitung Timur maupun sebagai Gubernur di Jakarta sekarang. Kegagalannya saat Pilkada Bangka Belitung juga kelihatan menambah pengalaman politiknya: dia terlihat berani mengambil langkah pragmatis kalau itu dipercaya bisa "memuluskan" jalannya menuju kekuasaan - yang dipakai untuk mengelola pemerintahan dengan baik demi keadilan sosial yang selalu diperjuangkannya.

Kalau sekarang dia masih di Gerindra, pasti tiap hari media mengejarnya untuk mengomentari setiap manuver bekas partainya itu di parlemen. Keluarnya dia kendaraan politiknya membuat Ahok jadi bisa lebih fokus mengelola pemerintahan di Jakarta, sekaligus "cuci tangan" dari kelakuan KMP yang akhir-akhir ini meresahkan pasar keuangan. Toh dia tidak akan kekurangan dukungan, kalau mau maju lagi pun kepopulerannya pasti akan membuka lebar setiap pintu partai politik ketika dia mengetuk.

Berita terakhir melaporkan dia "pura-pura gila" enggak mau tanda tangan usulan untuk cawagub untuk mengisi kekosongan kursi yang ditinggalkannya. Ini adalah sebuah gesture yang dinanti, setidaknya oleh saya, untuk mengingatkan bahwa ada balance of power di pemerintahan Indonesia.

Lembaga legislatif tidak serta-merta bisa mendikte eksekutif hanya karena menguasai mayoritas parlemen, sebuah fakta yang menjadi kabur karena tontonan dagelan perpolitikan akhir-akhir ini menunjukkan hal sebaliknya: penghapusan Pilkada Langsung untuk memilih eksekutif lewat lembaga legislatif, lalu Presiden kita yang mempertontonkan ketidakmampuannya mengontrol partai dan pemerintahannya sendiri sampai harus mengeluarkan Perppu untuk membatalkan UU yang diajukan dan diloloskan oleh Partai Demokrat, maupun kepasifan Presiden-Elect kita yang terlihat kurang vokal terhadap politik di parlemen dan tidak punya cengkeraman kuat dalam partainya sendiri.

Saya sendiri percaya demokrasi melalui musyawarah dan mufakat masih merupakan sistem yang terbaik untuk negara kita, tapi kelihatannya wakil-wakil kita tidak terlalu peduli, hanya melakukan lobi dan menghitung kesuksesan dari jumlah kursi yang didapat partainya, bukan membanggakan banyaknya legislasi yang sudah mereka perjuangkan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Pemilu sudah usai. Mau tidak mau, inilah pemerintahan yang akan memegang mandat rakyat 5 tahun ke depan. Saya sangat berharap wakil-wakil saya itu dapat melupakan persaingan mereka, saling menunjukkan itikad baik untuk dapat bermusyawarah dan bermufakat demi hal-hal yang relevan untuk rakyat, bukan untuk elit politik saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun