"Ideku bagus 'kan?" tanyanya.
"Bagus. Aku takjub, tapi apa kamu benar-benar serius?"
"Tentu! Sudah tidak bisa kutunda lagi. Jadi, aku mohon dengan sangat kepadamu, Tam, bantu aku."
"Lihat. Aku ingin mengisi tenaga dulu. Sudah sejak pagi aku kelaparan."
"Ya, ya, makanlah. Aku tinggal ke kantin dulu ya!"
Roi pergi begitu saja, meninggalkan secarik kertas di atas mejaku. Kali ini tulisannya agak panjang sehingga membuatku berdecak. Jatuh cinta telah membuatnya lebih produktif menulis, batinku.
Sambil mengunyah nasi putih dengan lauk telur dadar, aku membaca tulisan Roi.
***