memandangi tanpa kata segala arah penjuru mata angin.
biarkan angin mengiris sunyinya sendiri, biarkan saja hanya dia yang bersuara
diantara gemerisik dedaunan yang bersentuhan dititupnya itu .
simpan dulu nyala api, sebelum ia membakar sekujur diri, sedang hari masih terang begini.
lalu nanti malam kita mulai,
menguliti diam
dari ujung hingga pangkal
dari tepi telaga hitam dicangkir kopi
diatasnya bersuara angsa-angsa
diterpa rembulan
berwajah kita