Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Jiwa yang Mengembara di Atas Angin

27 Mei 2011   10:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 225 2
Terbangun di tengah malam karena batuk yang terus mengganggu, membuat saya lantas tak bisa memejamkan mata lagi semalam. Mata saya paksa terpejam, tapi kantuk mendadak hilang. Ya, sudahlah saya putuskan bangun, menyalakan laptop, menengok facebook dan membuka kompasiana.

Biasanya saya langsung membuka dashboard, melihat-lihat tulisan terbaru dari para teman. Tapi malam tadi, saya justru sengaja bergerilya tulisan-tulisan dari halaman beranda kompasiana. Beberapa tulisan menarik perhatian saya. Salah satunya tulisan Sutan Pangeran, yang mengingatkan kita untuk tidak berkomentar dengan kata-kata kotor. Kembali saya bergerilya setelah meninggalkan jejak di tulisan beliau.

Kali ini saya tertarik pada sebuah tulisan bernada kemarahan. Ada apa ini? Adakah huru hara lagi? Saya telusuri penyebabnya. Ternyata, keegoan penyebabnya (setidaknya menurut saya). Saya tak meninggalkan jejak di sana, dan memutuskan kembali melanjutkan gerilya. Sebuah tulisan lagi-lagi membuat saya terkejut. Isi tulisannya bagus sebenarnya, tapi komentar-komentar yang terpajang di sana yang justru membuat saya geleng-geleng kepala. Pertengkaran antar komentator yang lagi-lagi karena ego! Semua merasa lawannya yang salah dan dirinya yang benar. Dari sesumbar siapa dirinya hingga kata-kata tak sopan tertulis di sana. Sungguh kontradiktif dengan tulisan Sutan Pangeran yang saya baca sebelumnya. Banyak lagi sebenarnya pertengkaran yang terjadi di kompasiana. Sedari saya belum bergabung dan hanya menjadi pembaca, unjuk keegoan sudah terjadi. Apalgi saat rubrik Agama masih ada, saat itu sangat rawan memicu pertikaian. Jujur, saya juga sempat turut emosi, saat keyakinan yang saya yakini diinjak-injak, disudutkan, dan dihina habis-habisan.

Kembali ke ego, saya jadi ingat percakapan dengan seorang kawan.

Kita ini, sebenarnya orang-orang sombong yang hanya mengakui kebenaran atas dirinya dan kesalahan milik orang lain!

Wuahh...saya sempat protes mendengarnya. Kita? Panjenengan mungkin, saya sih merasa tidak begitu. Kalau memang salah ya saya bilang salah.

Nah, ini apa? Barusan anda juga tak mau disalahkan, maunya dianggap bener kan?

Halahhh...bener juga! Saya langsung tersindir dan terpojok.

Manusia itu tak luput dari benar dan salah. Kadang kita memang yang benar, atau kadang kita yang salah. Tapi bukan berarti kita selalu melakukan pembenaran pada diri sendiri dan menganggap kesalahan milik orang lain. Jika sudah begitu, kita termasuk orang yang sombong dan paling hebat. Tak mau menerima kritikan, tak mau menerima masukan meski bersifat positif. Sebaliknya, ketika mengkritik orang lain selalu memandang negatif hingga yang muncul adalah hujatan. Jika sudah begitu maka akan mudah muncul kesalahan.

Mendengarnya benar-benar membuat saya terdiam. Luar biasa menohok hati kalimat-kalimat yang keluar dari ucapannya. Ya,ya, karena tanpa sadar kita sering menganggap kita paling benar dan orang lain yang harus disalahkan. Susah sekali memang menjaga ke-ego-an....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun