Sebenarnya tiap hari jarang minum kopi. Tapi, Â selama mudik ini menjadi ritual wajib yang tak boleh terlewati. Sehari minimal dua kali. Bahkan bisa lebih.
Sebenarnya pula, sudah berkali-kali menyampaikan kepada ibunda. Tak perlu bersusah payah membuatkan kopi untuk anak-anaknya. Khawatir itu merepotkannya.
Toh, tidak minum kopi juga tak masalah. Dan jika ingin, bisa membuatnya sendiri. Namun, secangkir kopi tetap saja ia suguhkan.
Awalnya, saya menganggapnya itu biasa saja. Lumrah, semua ibu pastilah melakukan hal serupa. Pikir saya. Namun, setelah direnungkan kembali secangkir kopi tersebut ternyata penuh makna.
Tak sekedar sebagai pelepas dahaga  atau  penghangat suasana. Ia adalah ungkapan cinta seorang ibu untuk anak-anaknya. Di saat  semua anaknya telah dewasa dan mandiri.
Ada kasih dan sayang disetiap tetes air panas yang ia tuangkan. Disertai pula do'a tulus yang dipanjatkan. Sehingga menyeruputnya pun bukan sekedar merengkuh kenikmatan. Melainkan bentuk bakti anak kepada orang tua. Yang mengharap ridha Allah menyertai disetiap sruputannya.