”It is with great sadness that we say goodbye to you today. Our time chronicling the life of Denver and Colorado, the nation and the world, is over.” [caption id="attachment_29" align="alignleft" width="229" caption="Salam perpisahan Rocky Mountain News pada pembacanya, Jumat 27 Februari 2009."][/caption] Dua kalimat di atas adalah bagian dari ucapan perpisahan
Rocky Mountain News pada pembacanya. Salam perpisahan dimuat dalam edisi terakhir 27 Februari 2009. Koran tua itu sudah tidak sanggup lagi menanggung beban kerugian. E.W. Scripps Co, penerbit koran ini menyebutkan, tahun lalu Rocky merugi 16 juta dollar AS (Rp 192 miliar). Perusahaan bahkan tidak sanggup lagi bertahan dalam 55 hari ke depan untuk mencapai kegenapan masa edarnya selama 150 tahun. ”Untuk bisa terbit sampai hari ini saja kami harus melaluinya dengan penuh penderitaan, memalukan memang hanya tinggal 55 hari menjelang ulang tahun ke-150,” tulis
Rocky dalam kolom perpisahannya. Sebagai tanda perpisahan, para karyawan
Rocky membuka sebuah ”kotak keramat” yang bertuliskan, “Untuk dibuka pada April 2059, tepat pada ulang tahun
The Rocky Mountain News ke-200”. Kotak keramat itu berisi sejumlah hal di masa kejayaan
Rocky, antara lain Koran
Rocky dan
Post, buku tanda tangan para karyawan, peta Kota Denver, dan buku-buku kartunis Rocky Ed Stein dan Almarhum Gene Amole. Menyakitkan, mereka akhirnya membuka kotak itu setengah abad lebih awal.
Rocky adalah koran tertua di negara bagian Colorado, Amerika Serikat. Sejak pertama kali terbit pada 23 April 1859, ia menjadi bagian penting Kota Denver. Koran ini tidak mampu bertahan mengarungi perubahan zaman. ”Hari ini (27 Februari)
the Rocky Mountain News yang telah lama menjadi suara utama di Denver menjadi korban dari perubahan zaman dan krisis ekonomi,” kata CEO Scripps, Rich Boehne.
Nyanyian kematian Edisi terakhir
Rocky memuat sejumlah karya terbaik jurnalistik yang pernah dicatat, antara lain sejumlah tulisan dan foto yang berhasil meraih penghargaan Pulitzer. Edisi terakhir dicetak sebanyak 350 ribu kopi, jauh lebih tinggi dari sirkulasi hariannya sebesar 210.000 kopi dan mencapai 457.000 pada Sabtu. ”Jarang sekali Anda bisa bermain musik di hari kematian Anda, dan saat Anda bisa melakukannya Anda pasti melakukan permain terbaik di hari terakhir itu,” kata John Temple, pemilik
Rocky. Kini Denver hanya memiliki satu surat kabar harian, The Denver Post.
Rocky bukan satu-satunya surat kabar di Amerika yang mengalami krisis finansial. Perekonomian Amerika yang memburuk membuat pendapatan iklan menyusut. Di pihak lain pembaca setia surat kabar juga semakin menghilang seiring kebiasaan baru mereka mengonsumsi berita melalui media online. Di belakang
Rocky, sejumlah media tampaknya menunggu antrian untuk mengucapkan selamat tinggal kepada pembacanya kalau kondisi keuangan mereka tidak juga membaik. Sampai dengan akhir Februari setidaknya tercatat 4 perusahaan penerbitan mengajukan perlindungan kebangkrutan. Mereka antara lain perusahaan penerbit
The Philadelphia Inquirer,
Philadelphia Daily News, dan
Star Tribune. Akhir tahun lalu penerbit besar yang menerbitkan
Los Angeles Times dan
the Chicago Tribune, juga mengajukan perlindungan. Yang nampaknya akan segera mengikuti
Rocky dalam waktu dekat adalah sejumlah surat kabar milik Hearst Corp. Perusahaan ini mengumumkan akan menutup
Seattle Post-Intelligencer jika sampai April mendatang tidak ada investor baru. Surat kabar lain terbitan Hearst,
San Francisco Chronicle, akan dilego jika perusahaan tidak mampu melakukan efisiensi keuangan. Di Arizona, Gannett Co, juga tengah mencari pembeli bagi
Tucson Citizen. Ada yang berminat jadi investor?
Video Hari terakhir di ruang redaksi
Final Edition from
Matthew Roberts on
Vimeo.
KEMBALI KE ARTIKEL