Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Hei Ternyata Ada Juga PKL di Sekitar Jembatan Galata

24 Agustus 2013   12:54 Diperbarui: 9 Agustus 2015   11:06 1230 6
Pada sore hari setelah siangnya melihat Istana Dolmabahce, kami sengaja berjalan kaki menyusuri jembatan Galata ini. Lokasi jembatan ini dekat dengan Eminonu dan masjid Yeni Camii. Sebelumnya sudah melihat jembatan ini dari jauh, saat cruise menyusuri laut Golden Horn, atau saat melewatinya ketika naik tram menuju ke Taksim. Kami ingin melihat ada aktivitas apa saja di sana, dan tentunya juga ingin melihat pemandangan sekitar dari atas jembatan ini.

 

 

 

Jembatan Galata adalah salah satu jembatan yang berada di atas laut Golden Horn atau Tanduk Emas yang menghubungkan old city Istanbul atau kawasan Istanbul kota lama dengan modern city Istanbul, yaitu distrik Galata dan Pera (Beyoglu) dengan daerah Taksim adalah salah satunya. Selain jembatan Galata juga ada dua buah jembatan lainnya yaitu jembatan Attaturk dan jembatan Halic yang berada di laut Golden Horn ini.

 

 

Jembatan Galata ini dibangun pada tahun 1836 dan sampai dengan tahun 1980-an merupakan tanah tempat pembuangan limbah industri, namun setelah dibersihkan malah merupakan daya tarik terkenal di kota Istanbul. Lalu apakah yang menjadi daya tarik dari jembatan Galata ini?

 

 

 

Bagian tengah jembatan ini yang bagian untuk dilalui kapal atau cruise yang lalu-lalang melintasi laut Golden Horn. Sementara pada kedua sisinya terdapat satu tingkat di bagian bawah jembatan terdapat banyak kedai makanan atau restoran yang menyajikan makanan laut. Salah satunya adalah balik ekmek atau sandwich ikan. Kedai makanan ini yang juga merupakan daya tarik untuk mengunjungi jembatan Galata. Karena di bawah jembatan ini kita dapat mencicipi berbagai menu makanan laut.

 

 

 

 

Pada bagian jembatan yang banyak restorannya ini, pada bagian atas jembatan, dijumpai banyak pemancing ikan, sehingga tidak mengganggu lalu lalang kapal yang melintas di bawah jembatan. Para pemancing itu berjajar di pinggir jembatan, sambil memancing dan bersantai melihat pemandangan dari atas jembatan. Saya melihat pemancing yang sibuk dengan tali pancingnya, rupanya tali pancing tersebut bercabang-cabang, sehingga mata kailnya sekalian banyak dan berharap kemungkinan mendapatkan ikan yang lebih banyak. Dan ternyata kita dapat menyewa loh, alat pancingnya ini. Siapa tahu ada turis yang tertarik untuk memancing.

 

 

Saya pikir apa yah yang menariknya memancing ikan di situ. Kalo saya tengok ember yang berisi ikan ternyata ikannya pun kecil-kecil. Tapi jenis ikan yang diperoleh ini boleh jadi juga berdasarkan musim apa pada saat itu. Saya hanya menyimpulkan bahwa yang menarik memancing di tempat itu karena pemandangan di sekitar jembatan itu sendiri. Dari atas jembatan memang pemandangan cukup menarik. Panorama laut Golden Horn yang indah, dengan kapal yang lalu lalang di bawah jembatan, dan burung-burung camar yang beterbangan. Di bagian salah satu sisinya juga terdapat Yeni Camii yang megah, dimana di bagian sisi jembatan itu banyak turis yang berfoto dengan latar belakang masjid tersebut.

 

 

Dan ternyata aktivitas memancing ini pun masih berlangsung hingga malam hari. Saat kami kembali ke tempat ini malam harinya, ternyata masih saja tempat ini ramai dengan para pemancing ikan ini. Di tambah lagi diramaikan dengan para penjual makanan yaitu pilav dan balik ekmek dengan gerobak dorongnya di atas jembatan ini.

PKL di dekat jembatan Galata dan Eminonu

Dalam satu kesempatan, kami ingin sekali menikmati suasana malam di sekitar Eminonu dan jembatan Galata. Saat itu adalah musim panas, sehingga waktu Magrib adalah sekitar jam sembilan malam. Oleh karena itu jam setengah sepuluh malam kami berangkat dari Hotel, dan berjalan kaki menuju ke sana. Ternyata di pinggir jalanan di sekitar Eminonu hingga dekat ke jembatan Galata, banyak sekali kami jumpai pedagang kaki lima (PKL) yang menggelar dagangan mereka. Jadi mirip seperti pasar kaget aja.

 

Banyak sekali dagangan yang dijual mereka. Ada baju, kaos, tas, jam tangan, sepatu, sandal, pashmina dan barang-barang lainnya. Barang-barang itu digelar di bawah begitu saja. Saya jadi teringat, seperti para penjual saat ada sekaten di alun-alun utara di Yogyakarta. He he he.

 

 

Dan baru di PKL inilah saya melihat para penjualnya adalah beberapa perempuan. Selama di Istanbul ini, setiap kali ke pasar (Grand Bazaar dan Spice Bazaar) selalu mayoritas pedagangnya adalah laki-laki. Salah satu pedagang perempuan adalah hanya wanita tua yang menjual makanan burung merpati di sekitar Blue Mosque dan Yeni Camii. Wah, kenapa para perempuan ini malah berdagang malam-malam ya?

 

 

Tujuan utama kami sebenarnya adalah ingin mendapatkan foto-foto suasana Eminonu ini di malam hari. Bagaimana suasana di tepi laut ini ketika malam, dan dengan latar cahaya yang kerlap-kelip. Namun ternyata memotret suasana malam ini hasilnya kurang bagus. Akhirnya gagal deh. Dengan banyaknya PKL ini, jadinya menyempatkan juga untuk melihat-lihat, siapa tahu ada barang yang menarik.

 

Akhirnya lumayanlah, mendapatkan tas dan pashmina. Tas dari bahan karpet yang mirip dengan hasil kerajinan Belgia yang berupa tapestry bag tersebut yang sebelumnya rata-rata di toko souvenir di kawasan Sirkeci dijual di atas 20 Lira,di tempat PKL ini dengan menawar saya dapatkan hanya 6 Lira. Dan pashmina yang halus bahannya yang di Grand Bazaar harganya 20 Lira di tempat PKL ini cukup 10 Lira saja. Bahkan saya mendapatkan diskon, membeli 2 buah cukup 17 Lira. He he heh. Cara menjualnya pun unik. Pashmina itu ditaruh di sepanjang kawat panjang sehingga mirip jemuran aja. Ketika kita turun dari jembatan Galata, jemuran eh deretan pashmina itu langsung terlihat. Banyak juga sih turis-turis bule yang belanja di sini.

Tapi ternyata pasar kaget atau PKL dadakan ini hanya berlangsung sebentar atau kurang lebih 2 jam saja. Ketika mereka menggelar lapak jam sepuluh (saat kami tiba), eh ternyata mereka sudah mulai membereskan dagangan mereka saat kami memutuskan pulang karena hampir tengah malam. Ketika waktu sudah tengah malam, suasana juga masih ramai. Hanya kami bertanya-tanya dalam hati, bukannya mereka para PKL itu capek doang menata dagangan eh baru sebentar jualan terus ‘kukut' alias diberesin lagi. Apalagi yang jualan sepatu, terlalu banyaknya barang yang digelar, sepertinya hanya capek menata lalu membereskan lagi he he heh. Yang kami tidak tahu, apakah para PKL ini adanya hanya di musim panas sajakah atau bagaimana. Entahlah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun