Negara kita memiliki puluhan ribu pulau dan perairan yang sangat luas, dikelilingi pulau-pulau yang hampir semuanya ditumbuhi dengan rumput laut. Kekayaan sumber daya kelautan ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi namun belum banyak dimanfaatkan.
Salah satu pengembangan kegiatan ekonomi dalam pembangunan di wilayah pesisir yang sedang digalakkan pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Pengembangan budidaya rumput laut dalam upaya mengubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumberdaya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan. Dan usaha budidaya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya dan dapat mempertahankan kelestarian lingkungan perairan pantai. Tapi alangkah baiknya, jika hasil budidaya rumput laut itu diekspor setelah diolah terlebih dahulu, bukan hanya sebagai rumput laut kering, seperti yang selama ini terjadi.
Rumput laut (seaweed) secara biologi termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil. Secara garis besar, rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis berdasarkan pigmen (zat warna) yang dikandungnya, yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodopyceae (ganggang merah), Phaeopyceae (ganggang coklat), dan Cyanophyceae (ganggang hijau kebiruan).
Potensi Rumput Laut Glacillaria
Dari hasil rumput laut tersebut sebenarnya dapat diadakan pengolahan lebih lanjutuntuk memberikan nilai tambah tidak sekedar hanya rumput laut kering. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan dan algin atau alginat tergantung kandungan yang terdapat pada jenis rumput laut.
Jenis-jenis rumput laut yang bernilai ekonomis penting sebagai penghasil agar-agar atau disebut dengan Agarophyta dari kelompok Rhodophyceae atau ganggang merah antara lain adalah Acanthaopia, Glacillaria, Gelidium dan Pterrocclaidia. Agar-agar biasanya diproduksi dalam keadaan kering baik dalam bentuk bubuk, batanganataupun lembaran. Kenapa saya tekankan pada jenis Glacillaria, karena jenis ini adalah salah satu yang banyak dibudidayakan di negara kita. Namun kita masih banyak mengekspor dalam bentuk rumput laut kering, bukan produk olahan yang sudah jadi.
Proses pengolahan rumput laut menjadi agar-agar
Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Di dalam air panas agar-agar segera mengental dan membentuk gel. Pada umumnya pengolahan rumput laut menjadi agar-agar dapat dilakukan secara ekstraksi dengan pelarut air yang sebelumnya dilakukan perendaman dengan asam.
Penggunaan agar-agar dalam dunia perdagangan dan industri sangatlah luas. Dalam produk makanan agar-agar digunakan sebagai gelling agent pada industri kue dan industri gula-gula. Selain dalam industri makanan agar-agar juga dimanfaatkan dalam industri farmasi sebagai campuran obat pencahar dan kultur mikroba, sedangkan dalam industri kosmetika agar-agar digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan cream, masker, salep, sabun lotion dan lain-lain.
Tulisan mengenai potensi rumput laut ini masih bersambung dengan topik lanjutannya adalah tentang rumput laut penghasil karaginan dan alginat.
(Artikel Herti tentang : Potensi Sumber Daya Alam 1)
***
Ref :
Chapman, V.J., and Chapman, D.J., 1980, Seaweeds and Their Uses, Chapman and Hall, Ltd., London.
Tim Penulis PS, 1991, Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut, Penebar Swadaya, Bogor.
Artikel Herti lainnya dapat dibaca:
Artikel Potensi Sumber Daya Alam lainnya : 2 (Eucheuma), 3 (Sargassum), 4 (Biomassa untuk Bioetanol), 5 (Biodiesel), 6 (Biofuel), 7 (Bioetanol dari Sampah Kota) 8 (Potensi Kayu Pinus)