Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya menyukai deklamasi. Beberapa puisi saya hafal, misalnya saja "Aku", "Doa" (keduanya karya Chairil Anwar), dan "Padamu Jua" (Amir Hamzah). Meskipun saat itu (di Kuala Tungkal, Jambi), orang membaca puisi dianggap mengada-ngada, berteriak-teriak seperti orang gila, saya tidak ambil pusing. Sayangnya setiap kali mengikuti lomba deklamasi atau baca puisi mewakili sekolah -- sampai duduk di bangku SMA -- tidak pernah menang sekalipun.