Seperti tradisi sastra dari etnis lain di Indonesia, sastra Jawa pun hadir pertama kali melalui tradisi lisan. Dalam perkembangan sastra Jawa, tradisi ini berlangsung cukup lama karena didukung oleh cara berkomunikasi masyarakat Jawa yang lebih senang mendengarkan dan meniru dalam bentuk lisan dengan cara menghafal, bukan melalui tulisan.
Dominasi tradisi lisan mulai bergeser dengan munculnya tradisi tulis yang ditopang oleh masuknya mesin cetak dalam kehidupan masyarakat Hindia Belanda (termasuk masyarakat Jawa) pada abad ke-18.