Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kekuasaan

26 Juli 2024   13:05 Diperbarui: 26 Juli 2024   13:08 90 15
Aku duduk di sini, melihat jejeran aksara berlarian dalam lini kejaran
mereka menyebar informasi dan makna yang menyertainya
mata tak hendak berkedip, terus memlototi aksara para bermakna
hingga tiba pada tumpuan aksara bergambar para kandidat
mereka dielus, tersenyum; dipuja, makin tersenyum,
mereka dikritisi, tersenyum, dibuli pun, tersenyum

Siapa kaum kadidator itu?
Mereka yang sedang mengejar kekuasaan
Beralamatkah Kekuasaan itu, wahai saudara?
Ya, ia beralamat di sana, di ketinggian bernama singgasana
Mencapainya perlu tangga-tangga kekuasaan itu,
baik mendompleng tetangga maupun menginjak tenaga keteledoran

Wahai saudara, deskripsikan kesederhanaan singgasana itu?
Oh, tahukah kamu, singgasana itu kemewahan yang istimewa
Bertengger di sana, mulut berkoar mengobarkan ide dan inspirasi
Tangan mengepal memberi semangat, telunjuk menunjuk perencanaan
Kepal menghardik meja biro berongga dengan muatan kemunafikan
Kaki berpijak meninggalkan jejak memori antara kebut, kabur dan kasat mata

Akh...
Jadi kekuasaan itu menggoda imajinasi kehausan
Hingga para kandidat rela turun dari singgasana semula
hendak menggapai singgasana bermakhotakan kegemasan
sambil mengulurkan kemakmuran pada kaum lemah
agar kelak dapat memetik topeng keserakahan yang bopeng





Umi Nii Baki-Koro'oto, 26Juli 2024


Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun