20 Oktober 2023 09:27Diperbarui: 20 Oktober 2023 09:28894
Drama Putusan Teledorkah?
Aku duduk di sini memandang naskah gugatan membaca hendak menyikapi lakon kerugian satir kegetiran dan keresahan hati kaum muda berpuak menyusur gelinding nada sinis dan alibi di ruang publik teriak histeria di panggung bertakhtakan martabat kekuasaan lolongan menggema menyisir celah membelah hening singgasana
Para pujangga keadaban norma kokoh membawa kitab-kitab hukum pujangga kebanggaan negeri bersinar kemuliaan insaniah ke ruang semedi bisik berisik sikut bersirkuit dalam sirkulasi frasa meradang bingung mendulang rasa dalam akta gamang di ambang hingga hunjuk rona bersama di simpang tiga gelagapan kaum siapa berdiri di sini, jongkok di sana dan duduk di antara keduanya?
Lakon dalam naskah telah dicobakan dalam ruang semedi artisnya berwajah malaikat berhati keder menceracau fajar menawarkan madu sisian empedu mewah di pentas adat berkaidah putusan bersikukuh pada bingkai keteledoran dan kesadarankah? kaum berpuak termangu cengengesan, geleng dan angguk tidak pun wajib ya serta, ya walaupun tidak turut.
Ruang semedi penuh seni dramatisasi menabrak etika mendongkel harmoni keadilan menggoreng aksara berjejeran dalam lafal garing tak retak pada bibir dan gergantang pendekar adat kanun teoritik kaum bercula terus meninggikan tanduk keilmuan hukum puak-puak kerdil digiring ke selokan berbelokan rimba norma keseleo lidah hal biasa, teledor kata sudah lazim pada kaum bercula hukum.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.