Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Impelementasi Kurikulum 2013, Menyelamatkan Kebijakan VS Menyelamatkan Anak Didik

22 Oktober 2014   23:11 Diperbarui: 4 April 2017   16:52 330 0
Menarik memang, membahas tentang Implementasi Kurikulum 2013. Mulai dari guru yang kerepotan dengan administrasi, orang tua yang kebingungan mengajarkan anak di rumah

Pada tahun pelajaran 2014/2015 ini kelas I, II, IV dan V SD/MI telah menggunakan Kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013 ini Kementerian Pendidikandan Kebudayaan menerbitkan buku yang disusun berdasarkan Kurikulum 2013.
Spesifikasi buku kurikulum 2013 untuk jenjang SD/MI sebagai berikut:
1. Judul buku berdasarkan tema yang ditentukan dalam Kurikulum 2013.
2. Setiap tema dikembangkan menjadi beberapa subtema. Rata-rata 3–4 subtema.
3. Setiap subtema diuraikan menjadi 6 pembelajaran. Setiap pembelajaran diharapkan selesai dalam 1 hari.
4. Setiap pembelajaran berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang disusun mengalir dari awal hingga terakhir.
5. Setiap subtema tersedia jaring-jaring yang menunjukkan Kompetensi Dasar semua mata pelajaran. Pada buku guru jaring-jaring tersebut dinamakan Pemetaan Kompetensi Dasar.
6. Setiap awal pembelajaran harian juga disediakan jaring-jaring yang memuat tentang mata pelajaran, Kompetensi Dasar dan indikator.
7. Pada buku guru juga dilengkapi dengan teknik, bentuk, dan rubrik penilaian.

Untuk melaksanakan Kurikulum 2013 guru cukup melaksanakan pembelajaran menggunakan buku tematik Kurikulum 2013, dari tema pertama sampai tema terakhir, dari halaman pertama sampai halaman terakhir, dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir.
Mestinya guru merasa gampang dan siswa puns enang. Implementasi Kurikulum 2013 jenjang SD/MI pun mulus.

Keharusan Untuk Membedah Buku
Benarkah dengan diterbitkannya Buku Guru dan Buku Siswa Kurikulum 2013 menjadikan implementasi Kurikulum 2013 mulus?
Formal legal implementasi Kurikulum 2013 dirancang berjalan mulus. Kendalanya ada pada keterlambatan pendistribusian buku.Masalah tekhnis!
Bagaimana dengan esensi Kurikulum 2013? Apakah dengan diterbitkannya buku-buku tersebut seluruh cita-cita dan semangat perubahan Kurikulum dapat terwujud? Cita-cita dan semangat Kurikulum 2013 dirumuskan dalam bentuk berbagai kompetensi, pendekatan pembelajaran, dan system penilaian.
Mengingat salah satu strategi implementasi Kurikulum 2013 adalah dengan menerbitkan buku, maka pertanyaan paling mendasar adalah: Apakah buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum 2013? Kesesuaiannya terutama terletak dalam isi buku, apakah buku-buku Kurikulum 2013 memuat semua tuntutan kompetensi Kurikulum 2013?
Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab sebab buku-buku tersebut tidak disertai dokumen yang menunjukkan isi buku dan keterkaitan antara buku satu dengan buku lainnya. Pada buku guru memang ada keterangan yang menunjukkan Kompetensi Dasar dari setiap subtema. Keterangan tersebut diberi nama Pemetaan Kompetensi Dasar. Sesungguhnya keterangan tersebut tidak dapat disebut sebagai pemetaan, karena tidak menunjukkan peta (kedudukan) suatu Kompetensi Dasar. Keterangan tersebut lebih tepat disebut Jaringan Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesesuaian buku dengan tuntutan Kurikulum harus melalui bedah buku.

Terbitnya Permendikbud No. 57 tahun 2014
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI telah dicabut dan diganti dengan No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SD/MI.
Selain menyempurnakan beberapa KD dan tema, Permendikbud No. 57 Tahun 2014 juga mengatur tentang silabus dan penggunaannya. Pada pasal 9 dinyatakan antara lain: silabus dikembangkan oleh pemerintah dan silabus menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus menjadi bagian tak terpisahkan dari Kurikulum.
Silabus tersebut menjadi lampiran Permendikbud No. 57 Tahun 2014. Namun silabus tersebut tidak dilampiri dengan Pemetaan Kompetensi Dasar, sehingga untuk mengetahui kesesuaian silabus dengan Kurikulum 2013 harus pula melakukan bedah silabus.

Bedah Silabus Permendikbud No. 57 tahun 2014
Berdasarkan bedah silabus ditemukan beberapa hal berikut:
1. Fisik Silabus Permendikbud No. 57 Tahun 2014.
1.1. Silabus memuat keterangan tentang tema, subtema, mata pelajaran, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan belajar, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
1.2. Dalam silabus tidak ada indikator Kompetensi Dasar. Bagaimana cara menentukan kegiatan belajar dan penilaian, jika tidak ada indikator Kompetensi Dasar? Dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, indikator hanya ditemukan pada Jaringan Indikator yang terdapat pada setiap awal pembelajaran di buku guru.
1.3. Ada 3 pola format silabus, yaitu:
• Kompetensi Dasar diberi keterangan: KD buku, KD silabus, KD buku dan silabus, KD buku tetapi tidak sesuai permendikbud.
• Kompetensi Dasar diberi keterangan: ada di buku, tidak ada di buku
• Kompetensi Dasar tanpa keterangan
Berdasarkan keterangan yang ditulis pada Kompetensi Dasar layak diduga bahwa silabus disusun berdasarkan buku.

Berdasarkan keterangan tersebut diketahui juga beberapa hal berikut:
• Ada Kompetensi Dasar (KD) dalam silabus dan buku Kurikulum 2013 tidak sesuai dengan Peraturan Menteri
3.6 Memahami keberagaman alam dan sumber daya di berbagai daerah
(KD buku tetapi tidak ada di Permendikbud No. 67)
4.6 Memetakan keberagaman sumber daya alam di berbagai daerah untuk menumbuhkan kebanggaan nasional. (KD buku tetapi tidak ada di Permendikbud No. 67)
• Ada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 tidak terdapat dalam buku Kurikulum 2013
• Ada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 tidak terdapat dalam silabus Kurikulum 2013
• Ada Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 tidak terdapat dalam silabus maupun buku Kurikulum 2013

2. Isi Silabus Permendikbud No. 57 Tahun 2014.
Berdasarkan bedah isi Kompetensi Dasar (KD) silabus yang menjadi lampiran Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014 diketahui beberapa hal sebagai berikut:
2.1 Frekuensi Kompetensi Dasar tidak proporsional
Ada beberapa KD yang dilaksanakan pada lebih dari 10 subtema, tapi ada pula KD yang dilaksanakan hanya 1 kali, bahkan ada KD yang tidak dilaksanakan sama sekali.
Kelas Mata pelajaran Kompetensi dasar Frekuensi
I PPKn 3.2 Mengenal tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah 28 sub
Matematika 3.2 Mengenal bilangan asli sampai 99 dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau tempat bermain 21 sub
SBDP 3.1 Mengenal cara dan hasil gambar ekspresi 25 sub
II Matematika 3.10 Menentukan nilai terkecil dan terbesar dari hasil pengukuran panjang atau berat yang disajikan dalam bentuk tabel sederhana 13 sub
SBP 3.3 Memahami gerak sehari-hari dengan memperhatikan tempo gerak 14 sub
IV PPKn 3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah dan masyarakat 20 sub
IPS 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi 17 sub
V IPA 3.4 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi di alam, hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dan pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar 13 sub
SBDP 3.4 Memahami prosedur dan langkah kerja dalam berkarya kreatif berdasarkan ciri khas daerah
13 sub
Catatan:
• Kelas I - III terdiri dari 32 subtema, kelas IV – VI terdiri dari 27 subtema.
• Data lengkap frekuensi pelaksanaan KD terlampir.

2.2 Pelaksanaan Kompetensi Dasar tidak logis dan sistematis
Susunan KD pada kurikulum menunjukkan hierarki konsep. Pasti ada pertimbangan stuktural dalam pemberian atau penempatan KD dalam struktur Kurikulum. Dalam pelaksanaannya hirarki konsep tersebut tidak diperhatikan. Pengulangan KD yang kurang proporsional mengakibatkan pelaksanaan KD tidak logis dan sistematif.
Contoh:
• anak belum lancar membilang, tetapi sudah belajar tentang penjumlahan dan pengurangan.
• KD IPS kelas IV 3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan, umumnya dilaksanakan bukan pada tema awal. Padahal KD tersebut merupakan konsep dasar dari IPS
• KD 3 pada SBDP tidak diikuti dengan KD 4
2.3 Muatan Kompetensi Dasar persubtema tidak proporsional
Satu subtema dirancang untuk 6 hari belajar yang terdiri dari 5 mata pelajaran untuk kelas I – III dan 7 mata pelajaran untuk kelas IV – VI. Mestinya anak belajar maksimal 4 KD yang berbeda dari satu mata pelajaran.
Contoh muatan KD per subtema yang tidak proporsional.
Kelas I
Mata pelajaran DIRI SENDIRI KEGEMARANKU KEGIATANKU KELUARGAKU
Subtema Subtema Subtema Subtema
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Matematika 11 8 10 12 9 5 8 6 4 3 3 3 10 4 5 3
SBDP 7 7 8 8 6 9 11 10 4 5 4 3 7 4 5 6
PJOK 8 8 8 8 9 8 8 6 2 2 4 6 4 4 2 4

Kelas V
Mata pelajaran BENDA-BENDA DI LINGKUNG-AN SEKITAR PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN KERUKUNAN DALAM
MASYARAKAT SEHAT ITU PENTING BANGGA SEBA-GAI BANGSA INDONESIA
sub sub sub sub sub
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Matematika 4 3 2 2 2 3 6 6 6 8 8 7 10 2 2
SBDP 5 3 5 0 6 4 5 4 5 8 8 8 8 2 2
PJOK 4 4 2 4 5 5 10 6 10 12 10 13 17 2 3
• Data lengkap muatan KD per subtema terlampir.

Konsekuensi Bagi Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran yang mengacu kepada silabus sesuai dengan Permendikbud Nomor 57 tahun 2014, yang berarti pula pembelajaran menggunakan buku tematik Kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pembelajaran hanya sebatas mengumpulkan fakta-fakta, bukan membangun atau mengkonstruksi konsep.
Ada kebingungan dari guru dan siswa dalam membuat catatan. Yang dicatat siswa adalah hasil belajar. Namun catatan yang dihasilkan hanya berupa kumpulan fakta-fakta, bukan suatu struktur konsep. Karena catatan siswa tidak bermakna, maka catatan dibuat berdasarkan tema/subtema. Ada catatan tentang Diri Sendiri, Keluarga, dan lain-lain.
Ketika ulangan tengah semester atau akhir semester, siswa belajar catatan tersebut. Tidak ada cara lain belajarnya, kecuali menghafalkan kumpulan fakta-fakta.
Jadwal ulangan akhir semester bukan lagi nama mata pelajaran, melainkan nama tema. Setiap tema ada mata pelajarannya.

2. Penilaian tidak berbasis kompetensi.
Dari satu sisi guru waktunya habis untuk melaksanakan penilaian, khususnya untuk penilaian KI 4 yang memerlukan rubrik. Penyebab utamanya adalah cakupan KD yang kurang proporsional pada setiap subtema.
Sisi lain penilaian yang telah dilakukan kurang bermakna untuk mengukur pencapaian kompetensi, sebab KD yang telah dinilai akan muncul lagi pada tema lain. KKM, remedial dan pengayaan tidak berlaku lagi.
Penyebab Permasalahan Silabus dan Buku Kurikulum 2013.
1. Penyebab utama permasalahan silabus dan buku Kurikulum 2013 karena penyusunan silabus dan buku tidak mengikuti prosedur tahapan merancang pembelajaran tematik, sebagaimana dinyatakan dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, hal 37:
Model Pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahapan yaitu: pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi, ketiga membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar, indikator dengan tema, keempat membuat jaringan KD, indikator, kelima menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Saintifik.

Salah satu indikasinya, yaitu silabus dan buku Kurikulum 2013 tidak disertai dengan Pemetaan Kompetensi Dasar sebagai hasil kerja tahap kedua dan ketiga. Dalam buku guru memang ada dokumen yang diberi nama Pemetaan Kompetensi Dasar. Namun jika dicermati dari bentuk dan isi pemetaan kompetensi dasar tersebut, dapat dipastikan dokumen tersebut adalah Jaringan Tema, bukan Pemetaan Kompetensi Dasar.
Dengan Pemetaan Kompetensi Dasar ini akan diperoleh informasi: kapan suatu kompetensi dasar mata pelajaran dilaksanakan. Apa temanya dan pada subtema berapa?
Indikator lainnya adalah Silabus tidak dilengkapi dengan indikator. Padahal, peran indikator sangat vital dalam merancang pembelajaran. Kesalahan dalam merumuskan indikator dapat berakibat tidak tercapainya Kompetensi Dasar. Perumusan indikator merupakan langkah kedua dalam merancang pembelajaran tematik.

Penyusun silabus dan buku Kurikulum 2013 tidak mengikuti prosedur tahapan merancang pembelajaran tematik disebabkan adanya perbedaan persepsi tentang pembelajaran tematik. Penyusun menempatkan tema sebagai materi yang harus dipelajari siswa, sementara pada Kurikulum 2013 tematik merupakan pendekatan.
Mestinya buku catatan, buku tugas, penilaian, dan buku laporan penilaian berdasarkan mata pelajaran. Bukan tema-tema. Tema hanyalah alat, sedangkan tujuannya adalah rangkaian kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Dengan demikian, indikator dirumuskan sejak awal, bukan setelah menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan tema.

2. Perumusan Indikator
Masalah lain yang memiliki andil besar dalam permasalahan silabus dan buku kurikulum 2013 adalah kelemahan penyusun, terutama lemah dalam memahami kompetensi dasar dan merumuskan indikator. Kelemahan tersebut hanya dapat diketahui dengan menganalisa indikator yang terdapat pada buku guru.
Berdasarkan analisa indikator buku kelas V tema A. benda-benda di sekitar diketahui beberapa hal antara lain:
a. Buku kelas V tema Benda-benda di sekitar berisi 7 mata pelajaran, terdiri dari 50 kompetensi dasar, yang diuraikan ke dalam 149 indikator.
b. Dari 149 indikator ada 95 indikator tidak sesuai dengan kompetensi dasar. Persentase paling tinggi adalah mata pelajaran PPKn (82%) dan IPS (78%).
c. Dari 149 indikator ada 62 indikator tidak operasional karena sebagian besar menggunakan kata kerja “mengenal”.

Kesalahan dalam merumuskan indikator berakibat fatal pada kegiatan belajar yang berujung pada tidak tercapainya Kompetensi Dasar. Kegiatan belajar mata pelajaran IPA pada buku 5A sebagian besar seputar wujud, ciri dan perubahan benda. Padahal materi tersebut ada di kelas 3, bukan kelas 5.
Data analisa terlampir.

3. Pemahaman Anatomi Kompetensi Dasar
Penyusunan silabus dan buku Kurikulum 2013 tampaknya kurang memahami anatomi Kompetensi Dasar mata pelajaran. Susunan KD mata pelajaran pada kurikulum sesungguhnya menunjukkan anatomi Kompetensi Dasar, khususnya untuk mata pelajaran PPKn, Matematika, IPA dan IPS.
Dua indikasi yang menunjukkan kelemahan dalam memahami anatomi Kompetensi Dasar:
a. Perumusan indikator pada buku guru.
b. Susunan atau urutan pencapaian Kompetensi Dasar

4. Mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan kompetensi dasar Kurikulum 2013 ada 2 karakter pelajaran Bahasa Indonesia dalam pembelajaran tematik, yaitu:
a. Pelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks. Ada berbagai jenis teks, antara lain: teks deskripsi, teks informasi, teks petunjuk/arah, teks wawancara, teks cerita petualangan, teks tanggapan surat pribadi dan lain-lain. Bentuk teks pada buku kurikulum 2013 didominasi teks deskripsi dan narasi yang sebagian besar berasal dari kutipan.
b. Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela untuk mata pelajaran lainnya yang sekaligus juga berperan menghadirkan konteks pembelajaran.
Kedua hal tersebut kurang mendapatkan tempat pada silabus maupun buku kurikulum 2013.

Rekomendasi
Mengingat permasalahan silabus dan buku Kurikulum 2013 tersebut berdampak luas, bahkan menyangkut puluhan juta anak-anak Indonesia maka diusulkan sebagaiberikut:
1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah segera dicabut pemberlakuannya.
2. Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru tentang Kurikulum SD/MI untuk menggantikan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun 2014 dengan tetap mempertahankan seluruh Kompetensi, baik Kompetensi Inti maupun Kompetensi Dasarnya.
3. Buku-buku Kurikulum 2013, baik buku guru maupun buku siswa ditarik dari sekolah, atau setidak-tidaknya dinyatakan sebagai salah satu referensi pelaksanaan Kurikulum 2013.
Keterangan tentang penulis:
1. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Nilai (2001 – 2010) di Perkumpulan Strada yang mengelola 70 sekolah dengan jumlah murid lebih dari 20.000
2. Pernah ditugaskan oleh Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Jakarta sebagai Ketua Tim Penilaian dan Pengembangan TK/Sekolah Katolik di Jakarta, Tangerang dan Bekasi tahun 2007 – 2010.
3. Aktif sebagai tutor pembelajaran tematik jenjang TK dan SD sejak tahun 2006 hingga sekarang

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun