Ya, kupikir buruh tani itu selalu bahagia. Tidak mengenal "duka". Tapi tidak seperti itu skenario-Nya. Allaah ta'aala masih berkenan mengisi hati buruh tani (yang ini) untuk masih punya "duka". Bukan soal harga jual panen yang rendah. Karena soal itu, buat saya adalah hal biasa yang, bahkan sampai saat ini pun, insyaa Allaah tetap saya syukuri Alhamdulillaah. Toh saya tetap menekuni profesi tercinta ini sebagai buruh (jangan dibilang "saya butuh" lo ya ...).
KEMBALI KE ARTIKEL