Telah lima tahun jam weker yang indah itu melayaniku dengan setia. Tak pernah ia mengeluh, tak pernah ia menuntut. Ia hanya bersuara ketika aku memintanya bersuara, di luar itu – ia hidup berdetak bahagia dalam keheningannya.Aku mendapatkannya dari seorang teman, entah siapa aku sudah lupa, sebagai hadiah kelulusanku. Boleh dikata jam weker itu merupakan sesuatu yang bersejarah bagiku, sebuah lambang keberhasilanku menimba ilmu nun jauh di rantau, sebuah kebanggaanku. Kini sahabatku yang setia itu tergeletak pecah berserakan di lantai.