Organisasi Budi Utomo, 20 Mei 1908. Budi Utomo merupakan organisasi fomal pemuda pertama di tanah air yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kepedulian terhadap penderitaan dan pendidikan rakyat memacu tiga murid Sekolah Kedokteran Jawa (Stovia) yaitu Sutomo, Gunarwan dan Suraja untuk berbuat sesuatu terhadap rakyat. Mereka berinisiatif untuk secara mandiri menolong rakyat mereka tanpa menunggu dan menuntut pada pamong praja penerus kebijakan pemerintah Belanda yang lamban dalam bergerak. Kemunculan Budi Utomo kemudian memompa semangat pemuda pelajar dan mahasiswa lainnya untuk berorganisasi dan memperjuangkan nasionalisme Indonesia yang ditandai dengan munculnya banyak organisasi serupa. Demikianlah sampai hari ini tanggal berdirinya organisasi Budi Utomo diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Peristiwa Ikada, 19 September 1945. Saat itu ribuan massa rakyat datang memenuhi lapangan Ikada dengan tujuan mendengarkan pidato dari pimpinan Negara Republik Indonesia yang belum genap sebulan diproklamasikan. Kehadiran massa rakyat dijaga ketat oleh tentara Jepang bersenjata yang walaupun sudah mengaku kalah dari sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 namun masih bercokol di Indonesia untuk menjaga status quo. Kondisi saat itu memanas karena sebagian massa yang hadir adalah juga kaum pemuda yang pernah tergabung dalam gerakan militer Heiho dan PETA, dan semi militer Seinendan dan Keibodan. Mereka berkeinginan untuk secepatnya para pemimpin RI melakukan perebutan kekuasaan dari tangan Jepang dan segera membentuk kesatuan tentara nasional. Mengetahui kondisi tersebut dan untuk menghindari pertumpahan darah yang kemungkinan lebih banyak korban di pihak rakyat, Presiden Soekarno menghadiri rapat tersebut. Presiden Soekarno menyampaikan pesan singkat agar rakyat menaruh kepercayaan kepada pemimpin mereka, dan meminta rakyat untuk bubar dengan tenang kembali ke rumah masing-masing. Rakyat yang menghormati pemimpinnya mematuhi permintaan tersebut dan bertahap meninggalkan lapangan Ikada. Kerusuhan dan pertumpahan darah yang dikhawatirkan tidak terjadi.
Peristiwa Serangan Umum, 1 Maret 1949. Pukul 6 pagi, sirene di menara pasar Beringharjo berbunyi nyaring. Biasanya setelah bunyi sirene pertanda berakhirnya jam malam, masyarakat segera memulai aktivitas rutinnya keluar rumah. Namun hari itu berbeda karena pagi dimulai dengan suara tembakan dan ledakan dari Tentara Nasional Indonesia yang melancarkan serangan kepada instalasi vital pasukan Belanda yang sedang menduduki kota Jogya sebagai hasil dari Agresi Militer yang kedua. Dalam waktu singkat hampir seluruh sudut kota diduduki TNI, sebagian penduduk mulai mengibarkan bendera merah putih, dan rakyat menyediakan makan untuk pasukan TNI. Serangan Umum yang dipimpin oleh Komandan Wehrkreise III (kota Jogya) Letkol Soeharto mencapai sukses karena dukungan 2000 tentaranya dan juga karena dukungan seluruh pasukan komando lain di sekitar Jogya, serta rakyat. Kepemimpinan komandan yang selalu berada di tengah-tengah pasukan dalam kondisi apapun membuat moril pasukan tetap tinggi dan pasukan memiliki kepercayaan bahwa tiap kesulitan akan bisa diatasi bersama.
Ketiga peristiwa di atas merupakan cukilan kejadian sebelum, sesaat dan setelah peristiwa Proklamas Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.Kemerdekaan merupakan perjalanan panjang yang harus ditempuh oleh bangsa Indonesia, bukan hanya sebelum dan saat meraihnya, namun juga setelah memproklamasikan kemerdekaannya.Kemerdekaan bangsa bukan diraih dengan instant, bukan diraih tanpa kerja keras, bukan diraih tanpa perjuangan, namun diraih dengan kesabaran, kecerdasan, kerja keras, pengorbanan darah, jiwa dan raga.Pengorbanan oleh seluruh bangsa, pengorbanan pemimpin, pengorbanan rakyat, pengorbanan orang terpelajar, pengorbanan tentara, pengorbanan pemuda.
Di alam setelah 65 tahun merdeka, mustinya tidak sulit untuk menemukan pengorbanan-pengorbanan anak bangsa yang bekerja untuk negeri tercinta Indonesia.Para pemimpin negara tentu saja tugasnya mempimpin dan membawa negeri dan bangsa ini menuju cita-cita kemerdekaan: persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Para anggota legislatif sebagai kepanjangan tangan dari rakyat diberi wewenang untukmenyuarakan aspirasi rakyat, singkatnya berjuang untuk kepentingan rakyat makanya tidak bisa dipungkiri lagi kalau kita bisa menemukan jiwa pengorbanan pada jabatan ini.Pegawai negeri yang dimaksudkan sebagai pelayan masyarakat tentunya juga memiliki aroma pengorbanan.Dan banyak profesi dan pekerjaan lain yang tujuannya untuk memajukan negara dan bangsa yang didalamnya kita bisa menemukan makna pengorbanan anak bangsa untuk negerinya.
Namun … ternyata … jauh asap dari api.Tak seperti yang diharapkan.Nilai pengorbanan, setelah 65 tahun di alam kemerdekaan, semakin menyempit pada kepentingan pribadi dan golongan.Jabatan-jabatan yang selayaknya memiliki nilai-nilai luhur bekerja untuk bangsa dan negara sekarang telah dipersempit bekerja untuk kepentingan pribadi dan golongan.Semakin sedikit yang mau bekerja setulusnya untuk kemajuan bangsa dan negeri ini, dan semakin terpinggir mereka-mereka itu.Tapi jangan menyerah, kita masih bisa melihat ke sejarah.Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, itu kata Bung Karno, dan itu layak kita kerjakan sekarang.Ya, kembali ke sejarah.Lihat peristiwa Budi Utomo, siapa yang memulai perjuangan untuk berbuat sesuatu untuk rakyat kecil ?PEMUDA.KAUM CERDIK PANDAI.
Mari kita mulai lagi siklus perjuangan untuk meraih kemerdekaan Republik Indonesia kembali untuk mengembalikan cita-cita luhur kemerdekaan bangsa ini.Sekali lagi melihat kembali ke sejarah, ini bukan perjalanan instant tetapi ini perjalanan panjang yang memerlukan kesabaran, kerjasama, kepemimpinan dan pengorbanan yang tulus.Mari pemuda dan cerdik pandai, kita bangun lagi Budi Utomo … mudah-mudahan pada waktunya kita bisa kembali memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dan kemudian merebut kembali cita-cita luhur bangsa lewat serangan umum dan jangan terulang lagi keadaan kemerdekaan seperti hari ini.SELAMAT BERJUANG.