Risiko Pencurian Identitas dan Eksploitasi
Salah satu resiko terbesar dari sharenting adalah potensi pencurian identitas dan eksploitasi anak. Foto dan informasi pribadi yang diunggah ke media sosial dapat disalahgunakan oleh oknum tak bertanggung jawab. Misalnya, foto anak yang lucu bisa saja digunakan untuk tujuan penipuan, atau bahkan eksploitasi seksual.
Selain itu, sharenting juga dapat berdampak buruk pada anak di masa depan. Anak-anak yang fotonya dibagikan tanpa izin berpotensi merasa hak privasinya dilanggar ketika mereka tumbuh dewasa. Beberapa kasus bahkan menunjukkan bahwa anak-anak menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah karena unggahan orang tua yang dianggap memalukan oleh mereka.
Sharenting yang Bijak: Bukan Berarti Harus Dihindari Sepenuhnya
Meskipun memiliki risiko, bukan berarti sharenting harus dihindari sepenuhnya. Kegiatan ini tetap bisa menjadi cara yang aman untuk berbagi momen keluarga, asalkan dilakukan dengan bijak. Berikut beberapa tips untuk meminimalkan risiko sharenting:
1. Batasi Informasi yang Dibagikan
Hindari memberikan informasi detail seperti lokasi sekolah, nama lengkap, atau rutinitas harian anak. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
2. Atur Privasi Akun Media Sosial
Pastikan akun media sosial Anda diatur ke mode privat dan hanya dapat diakses oleh orang-orang terdekat yang dipercaya.
3. Minta Izin Anak
Ajarkan anak tentang pentingnya privasi dan biasakan untuk meminta izin sebelum mengunggah foto atau video mereka. Hal ini juga membantu anak memahami batasan dalam berbagi informasi di dunia digital.
Literasi Digital: Kunci Penting untuk Orang Tua
Untuk melindungi anak dari ancaman dunia maya, orang tua perlu meningkatkan literasi digital. Pahami etika bermedia sosial, risiko yang mungkin timbul, serta cara mengamankan data pribadi. Keputusan untuk berbagi di media sosial harus selalu mempertimbangkan kesehatan, keselamatan, dan hak privasi anak.
Sharenting memang bisa menjadi cara untuk mengekspresikan kebahagiaan sebagai orang tua. Namun, jangan sampai kegembiraan tersebut mengorbankan keamanan dan kenyamanan anak. Mari bijak bersosial media dan lindungi masa depan anak-anak kita! (hes50)