Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Lion Air Mengapa Sering 'Delay'?

10 Agustus 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:54 493 0
'Delay' atau penundaan waktu terbang dari jadwal semestinya jangan jadi budaya bagi maskapai penerbangan di Indonesia.

Tulisan ini tidak bermaksud menyerang LionAir. Tidak pula terlintas niat menyampaikan pesan persaingan bisnis dan preferensi negatif dalam memilih mana dan apa maskapai penerbangan yang baik. Mudah-mudahan tulisan ini tidak dianggap pencemaran nama baik atau pembunuhan karakter LionAir.

Tidak ingat sudah berapa kali saya mengalami delay bersama LionAir. Tapi yang terakhir adalah delay saat pulang libur lebaran Idul Fitri bulan Juli 2014. Kejadiannya hari Sabtu, 26 Juli 2014 dalam penerbangan JT 718 rute Jakarta - Pontianak yang semestinya berangkat jam 19:20 dan mendarat di Pontianak 20.50 malam. Pesawat benar-benar berangkat jam pukul 23.00 lewat.

Penumpang memang diberikan makan dan minum setelah terjadi keterlambatan 3 jam pertama dan setelah 4 jam maskapai penerbangan wajib membayar setengah daru harga tiket yang berlaku saat itu. Tapi mungkin tidak bisa menggantikan dan memupus kekesalan penumpang diungkapkan dengan berbagai cara. Mulai dari klarifikasi sampai interogasi, caci-maki, intimidasi dan pelecehan dengan penghinaan. Petugas berusaha sebisa mungkin menjelaskan tapi lupa dengan akan konsekuensi bahwa penumpang ingin kepastian dan ketegasan.

Meskipun klaim kompensasi adalah hak penumpang, saya memilih tidak akan memproses klaim hak atas kompensasi keterlambatan 4 jam sebab tindakan bukan tujuan dan motivasi perjalanan. Rasa kecewa dan kesal lebih besar dibandingkan kompensasi uang keterlambatan. Saya khawatir, klaim kompensasi hanya melanggengkan praktek kebiasaan bisnis penerbangan yang sewenang-wenang. Sebab keterlambatan bisa diganti dengan kompensasi berupa 'makan dan uang' yang tidak merubah kebiasaan buruk bisnis penerbangan menjadi lebih bertanggung jawab secara moral.

Tapi LionAir tidak sendirian. Maskapai penerbangan lain juga pernah mengalami delay dengan Sriwijaya, Garuda dan Batavia. Bagaimana kalau molor sudah menjadi perilaku bisnis? Ini yang mungkin agak diluar kebiasaan. Memang tidak sulit membandingkan satu pesawat dengan pesawat lainnya. Mana yang profesional dan mana yang bermasalah dalam hal menghargai waktu.Kenyataannya saya mengalami keterlambatan tersebut berulang-kali. Mulai dari hanya terlambat 30 menit sampai 1 jam kerap terjadi.

Kejadian ini menguatkan semangat dan keinginan saya pribadi untuk bagaimana membuat maskapai penerbangan Indonesia [semuanya] lebih bertanggung jawab dan menghormati masyarakat dan pelanggan selain tunduk dan patuh pada aturan hukum negara, kebijakan dan prosedur standar perusahaan.

Sebaiknya Pemerintah dan Kementerian Perhubungan menerapkan undang-undang dan peraturan penerbangan republik Indonesia lebih konsisten dan kredibel, berkualitas dan transparan. Evaluasi kinerja dan kesehatan praktek bisnis dan maskapai penerbangan yang sedang aktif dan operasional sekarang ini wajib dilakukan. Teguran keras harus diberikan kepada semua maskapai penerbangan yang tidak profesional termasuk LionAir!

Cabut Izin usaha dan penerbangan maskapai, jika dan hanya jika akhirnya hasil evaluasi pemerintah menunjukan tahapan dan penerapan peraturan telah dilaksanakan tapi tetap terjadi pelanggaran dan pembiaran penundaan penerbangan telah menjadi kebiasaan bisnis penerbangan!

Terakhir, bukan kompensasi makan dan uang yang menjadi tujuan bagi penumpang. Dimasa libur dan mudik Idul Fitri, keinginan penumpang sederhana, hanya ingin sampai dan selamat ke tempat tujuan. Berkumpul dengan keluarga, saudara dan handai taulan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun