Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Menelisik Potensi Pelabuhan Malili sebagai Pelabuhan Alternatif

27 Juni 2014   20:02 Diperbarui: 11 Desember 2015   15:19 980 1

Lokasi pelabuhan pedalaman (hinterland) dianggap sebagai keuntungan oleh perusahaan pelayaran karena memungkinkan untuk penghematan biaya. Dalam mengevaluasi jasa transportasi pedalaman atau moda transportasi pedalaman, kriteria paling penting adalah biaya. Setelah itu keandalan, frekuensi layanan, fleksibilitas, waktu transportasi dan kualitas layanan pelanggan. Faktor yang agak kurang diperhitungkan yaitu resiko kerugian/kerusakan. Suatu transportasi memperhatikan beberapa hal terutama yang menyangkut daerah tujuan yang harus dilayani, nilai barang, keterbatasan waktu dan biaya. Dampak lingkungan dari moda transportasi perlahan-lahan semakin penting karena kebijakan pemerintah

Berbagai faktor mempengaruhi pemilihan suatu pelabuhan meliputi biaya, lokasi, kualitas operasional pelabuhan/reputasi, kecepatan, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, efisiensi , frekuensi pelayaran, sistem informasi pelabuhan, pedalaman / link antar moda dan faktor penghambat di pelabuhan.

Kenyataannya sekarang pelabuhan tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan sehingga tidak efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan pembagi pelabuhan berdasarkan aksebililitas (kondisi jalan menuju lokasi), daerah pengaruh (hinterland), ketersedian lahan, kondisi oseanografi, dan fasilitas pendukung.

Di Sulawesi Selatan diperlukan beberapa klaster utama dan sub klaster. Adapun klaster utama yang dimaksud seperti Klaster Malili, Garongkong, Pare-Pare, dan Makassar (Syarifuddin Dewa, 2013). Sedangkan sub klaster yaitu pelabuhan-pelabuhan yang ada di sekitar klaster utama tersebut. Pada pembahasan kali ini dipilih klaster Malili sebagai penentuan pelabuhan kontainer alternatif. Adapun wilayah yang termasuk dalam Klaster Malili yaitu Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang dan Sidrap. Pada Klaster Malili terdapat 10 pelabuhan.

 

 

 

 

 

 

Sebagai pelabuhan utama, Pelabuhan Malili bertugas melayani kapal-kapal besar dan merupakan pelabuhan pengumpul/pembagi muatan atau penumpang dari dan ke berbagai kawasan lain. Peranan lain adalah sebagai gerbang dari pelabuhan-pelabuhan pengumpul yang ada di sekelilingnya.

Berkaitan dengan peranan pelabuhan laut tersebut maka Pelabuhan Malili yang terletak di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan salah satu pelabuhan laut yang berperan penting bagi lalu lintas transportasi laut untuk mobilitas penumpang, barang dan jasa.

 

 

Aktivitas pelabuhan memiliki dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif seperti antara lain penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi, maupun dampak negatif seperti penurunan kualitas lingkungan sekitar pelabuhan. Namun,bagian mana yang lebih menonjol dari kedua dampak tersebut tergantung dari sudut mana masyarakat memandangnya. Hal inilah yang mendorong perlunya kajian khusus terhadap pembangunan pelabuhan tersebut. Maka dari situ, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ‘‘Studi Penentuan Wilayah Hinterland Pelabuhan Malili, Kabupaten Luwu Timur

 

Pertanyaan pun muncul?

1.Apakah pelabuhan Malili layak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan alternatif?

2.Selama ini pelabuhan ini kebanyakan digunakan PT VALE untuk mengirim hasil nikelnya ke berbagai daerah. Namun untuk pengangkutan hasil daerah dari daerah Luwu Timur ke daerah lain atau sebaliknya, masih jarang dilakukan.Metode apakah yang layak digunakan dalam pengembangan pelabuhan Malili mengingat pelabuhan ini masih jarang digunakan padahal letaknya cukup strategis? Apakah metode SWOT, Supply Chain, metode Interlocking atau ada metode lainnya yang pantas digunakan agar nantinya pelabuhan ini bisa dikembangkan dan ramai didatangi kapal dari berbagai daerah. Entah didatangi sebagai pelabuhan transit atau untuk mengangkut hasil daerah.

 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun