Heri telah mendengar bahwa ada permintaan tinggi untuk kodok hidup di pasar hewan eksotis. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kodok di sawahnya dan menjualnya untuk mengumpulkan uang yang cukup untuk membayar hutangnya. Heri membawa ember kosong dan senter kecil saat dia berjalan melintasi jalan berdebu menuju sawah yang gelap.
Saat sampai di sawah, Heri mulai mencari kodok dengan hati-hati. Dia merasa yakin bahwa pekerjaan ini akan membantu memperbaiki situasinya yang sulit. Namun, semakin lama dia mencari, semakin sulit menemukan kodok. Malam semakin gelap, dan hanya cahaya senter yang membantunya dalam pencarian.
Ketika dia tengah sibuk mencari, tiba-tiba dia mendengar suara tawa aneh dari balik semak-semak di pinggir sawah. Tawa itu terdengar begitu mengerikan, seperti tawa kuntilanak. Heri merasa cemas, tetapi dia berusaha mengabaikannya, berpikir bahwa itu hanya suara angin atau mungkin suara binatang malam.
Namun, tawa tersebut semakin lama semakin keras, dan terdengar lebih dekat. Heri merasa sesuatu yang tidak beres. Dia berhenti mencari dan berdiri di tengah sawah, senter di tangan.
Tiba-tiba, bayangan putih yang menakutkan muncul di depannya. Itu adalah seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun putih kuno. Itu adalah kuntilanak! Heri merasa ngeri dan takut saat dia menatap mata merah menyala dari makhluk itu.
Kuntilanak itu terus tertawa dan berjalan mendekati Heri. Heri, yang sebelumnya merasa percaya diri dan berani, sekarang merasa terpana oleh ketakutan. Dia mencoba melarikan diri, tetapi kakinya tidak merespons. Dia terjebak dalam pesona kuntilanak.
Kuntilanak itu semakin mendekat, dan tawanya semakin keras. Dia mengulurkan tangannya yang dingin dan meraih wajah Heri. Heri merasakan sentuhan dingin dan mengerikan dari kuntilanak, dan saat itulah dia pingsan.
Keesokan harinya, warga desa menemukan Heri tergeletak di tengah sawah. Dia masih hidup, tetapi dia tampak sangat lemah dan pucat. Ketika dia sadar, dia menceritakan pengalamannya dengan kuntilanak kepada warga desa, tetapi hanya sedikit yang percaya padanya.
Sejak itu, Heri tidak pernah lagi mencoba mencari kodok di sawah pada malam hari. Pengalaman yang menakutkan itu menghantui pikirannya, dan dia berhenti mencari jalan pintas untuk mengatasi masalahnya dengan cara yang tidak wajar. Meskipun dia masih memikirkan hutangnya, dia lebih memilih untuk mencari solusi yang lebih aman daripada berurusan dengan kuntilanak yang mengerikan lagi.