Ada dua nikmat yang sering kali menipu manusia hingga tersesat jalan hidupnya. Dua nikmat itu seringkali pula dianggap sebagai saatnya berpesta dan memanjakan nafsu bersenang-senang , ego pribadi dan melampiaskan kepenatan dari kesibukan-kesibukan sehari-hari. Dua nikmat itu adalah nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
Ada kalanya di saat sehat , kita cenderung merasa ujub seolah-olah tak akan bisa sakit dan tak membutuhkan pertolongan orang lain bahkan pertolongan Tuhan sekalipun. Sehingga kadang kita bertindak ceroboh dan kurang menjaga dan merawat kesehatan kita. Dan pada saat sakit, kita baru merasa bahwa kita ini adalah makhluk yang lemah dan memerlukan bantuan orang lain juga kesembuhan dari Tuhan yang maha menyembuhkan.
Sesungguhnya di kala sehatlah, Tuhan memberikan anugerahnya untuk berkarya membuat kebaikan-kebaikan di dunia di mana manusia menjadi khalifah atau perwakilan Tuhan di muka bumi ini, agar berlaku dan berbuat sesuai kehendak Tuhan, yaitu membuat dan menebar kebaikan-kebaikan agar bisa dirasakan oleh banyak umat manusia. Sebagaimana kata Nabi, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya buat manusia lainnya.
Ada kalanya di saat waktu luang, kita mengisinya dengan hal-hal yang lebih banyak memuaskan nafsu dan keinginan-keinginan kita dan menganggapnya sebagai penyeimbang dan pelepas kepenatan, stress dan kebosanan akan rutinitas-rutinitas hidup. Padahal waktu luang adalah modal yang luar biasa berharga untuk membuat kebaikan-kebaikan sebagai bekal hidup yang hakiki kelak. Karena sejatinya kehidupan ini adalah tempat sementara untuk mengumpulkan bekal dan bukan tempat berlabuh terakhir untuk menikmati hasil kerja hidup. Waktu luang adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu setelah kita bekerja mencari penghidupan. Penghidupan yang mendukung tujuan kita untuk mengabdi kepada Tuhan dalam setiap tarikan nafas hidup kita.
Jika waktu luang diisi dengan kemaksiatan atau hal-hal yang tidak berguna, sesungguhnya kita telah membuang anugerah berupa kesempatan terbaik untuk membuat dunia ini lebih baik.
Sudahkah kita mensyukuri nikmat sehat dan waktu luang dengan menjadikannya kebaikan-kebaikan buat kita, keluarga kita, saudara-saudara kita, lingkungan di sekitar kita ? Atau mungkin bagi yang beruntung menjadi pemimpin atau pejabat negara, sudahkah nikmat sehat , kesempatan menjadi pejabat yang bisa menentukan hitam putihnya aturan-aturan kehidupan berbangsa memanfaatkannya untuk menebar kebaikan ?
Jika sudah, berarti kita tak tertipu oleh dua nikmat yang dianugerahkan Tuhan. Jika belum, marilah berbenah diri untuk memanfaatkan dengan baik kesempatan terindah dan nikmat sehat di sisa umur yang masih diberikan kepada kita sebelum ajal menjemput.
Wassalam * catatan kecil dari Pengajian Al-Hikam, Masjid Al-Istiqomah , Depok II oleh Ust. Dr. KH. Lukman Hakim, MA, Phd