"Dulu, Yayi ( panggilannya untuk Kyai atau guru beliau semasa di pesantren ), suatu ketika pernah mengajak pergi bersama 4 muridnya sebut saja Beni, Ahmad, Roshid ( saya ) dan Ali dengan menggunakan mobil. Di tengah jalan setelah terlibat beberapa pembicaraan ternyata 5 orang di mobil tidak ada yang membawa duit. Yayi bilang, 'Wah gimana ini kok gak ada yang bawa duit, nanti kalo kehabisan bensin bagaimana ? " Santri - santri yang lain mulai resah dan cemas, kok bisa-bisanya pergi berlima kompak tidak bawa duit.
Akhirnya, Yayi melempar ide. "Gini saja , ada gak nih yang sakit perut atau mau keluar angin ?"
Seketika Beni merespon "Saya Yayi, saya berasa mau kentut. Memang kenapa Yayi ?"
"O .. bagus. Beni, kamu kentut saja ya. Biar Roshid yang menampung kentut kamu pake tangan kirinya. "
"Hah.. ?!, yang bener saja Yayi " , kataku, "Mosok saya nadahin kentut ? Buat apa ?"
"Sudahlah Shid, ikuti kata-kataku. Masukkan tanganmu di sela-sela jok dan pantat Beni "
Sambil bertanya-tanya, saya masukkan tangan kiri. Lalu apa yang terjadi ? Hahaha.. ternyata di bawah pantat Beni ada segepok uang.
"Wah, hebat mbah. Kok bisa ya kentut Beni jadi duit mbah ? " Beni, Ahmad dan Ali pun kelihatan banget kaget bercampur takjub, tapi tak langsung mengungkapkan ketakjubannya sama Yayi.
"Sudahlah, yang penting masalah kita bisa diatasi dulu " , Yayi tidak mau menjelaskan di depan para santrinya.
Akhirnya, saat pulang dan berpisah , Yayi memanggil saya.
"Roshid, apa yang kamu lihat itu sebenarnya bukan kentut berubah jadi duit. Tapi aku nyuruh jin, buat bawain duit. Biar nurut kan Jin perlu diiming-imingi. Karena Jin itu sukanya yang kotor-kotor, makanya tadi aku iming-imingi kentutnya Beni. "
"Ooooo... hahahaha... gitu toh Yayi, " aku terpingkal-pingkal mendengar penjelasan Yayi. Tapi bener , itu saya alami sendiri dengan jelas sekali, segepok duit di bawah pantat Beni, tiba-tiba terambil saat saya tarik tangan kiri saya dari sela-sela jok dan pantatnya.
Padahal sebelumnya Beni sudah bangga banget sambil ngomong , "Hehe.. kamu lihat kan, saya sudah punya kesaktian sekarang, kentutku bisa jadi duit.. wkwkwkw.."
Begitu singkat ceritanya, kebenarannya wallahu a'lam. Karomah bisa saja terjadi. Tapi pesan mbah Roshid, hati-hati dengan karomah, tidak untuk dipertunjukkan sembarangan. Jika karomah menjadikan manusia sombong, justru lebih berbahaya karena akan menjauhkan dari Allah dan akan jatuh menjadi ujub sekaligus kemusrikan.
***