Melesak butiran pasir
Mendesau nafas bumi
Merindu rintik walau sebentar
Tertatih langkah gontai
Peluh melucuti kemolekan
Sambil terik merajam lebam
Sang musafir tak jua goyah
Sejauh kelopak memandang
Jauh tak bertepi
Walau sejengkal derap
Belum jua nampak oase
Bibir mengkerut latah
Mata sembab suram
Hidung membau sengat
Namun langkah tetap berayun
Ada pesta di seberang pedepokan
Perayaan yang menyukakan hati Paduka
Semua Adipati turut berria girang
Sebab sang Paduka hanya hadir sesaat
Sebelum fajar
Cepatlah mendapatkan Paduka
Biar hanya memandang rupa
Selepas pergi yang melegenda
Nostalgia hari ini
Mengingatkan aorta pada Paduka silam
Kenangan saat tawa membuncah
Tentang malam yang menuai rindu kini
Nostalgia kemenangan Sang Paduka
Memuai pada setiap ingatan Adipati
Namanya tersiar di seluruh pedepokan
Selepas kenangan malam gemintang
Meski jarak yang melelahkan nuraga
Terik yang melebam  perih
Hati selalu kasmaran
Sang Paduka menyembuhkan kalbu.
Merayu rindu bersua
Walau raga terpisah
Namun hasrat tinggal tetap
Mengenang dalam diam
Nostalgia bersama sang Paduka...