Graffiti lahir dari pemberontakan jiwa, ekspresi membara dan berapi-api yang tak ingin dikangkangi, dikebiri dan dipecundangi.
Merefleksikan cerminan jiwa yang haus sebentuk kebebasan, lepas dari rasa keterikatan akan belenggu dalam tatanan sosial di masyarakat.
Dengan memanfaatkan bidang-bidang kosong, sebagai media kanvas jiwa, yang mana tempat menyalurkan aspirasi terpendam ataupun yang nyata -nyata dibungkam.
Acapkali menyasar sarana publik, Bawah kolong jembatan, Dinding-dinding dari bangunan beton tak bertuan. Gedung pencakar langit berselimut Keangkuhan.