Lelaki kelak kan sendiri, tak selamanya berada di ketiak Ayah. Jadi Nakhoda bagi Bahtera miliknya sendiri, mengendarai Armada masa depan.
Lelaki pantang memutar balikan haluan, lintasi pasang surut gelombang kehidupan. Arungi segala kemungkinan sua hal tak terelakan di depan mata.
Meski Biduk dihantam ombak, kendati badai sesekali waktu menjelma tangan-tangan kematian. Sedianya menjungkir balikan, karam ke dasar dalam diam.
Berat beban tersampir di pundak lelaki, tak jarang kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala. berupaya keras mengurai berat beban di atas sekujur lelah daksa.
Hari hari yang keras bertikai dengan kenyataan berkelahi dengan kesukaran, sebab hidup adalah sebuah peperangan harus dihadapi dengan segenap berani.
Ah lelaki pahlawan keluarga, tak terhingga kau telan pahit getir, kau buang senyum kecut. Di atas tuntutan hidup yang tiada henti terus menerus melecut.
H 3 R 4
Jakarta, 18/08/202