Tubuh puisi tampak sintal
padat berisi muatan diksi
rima bak bunga matahari
ditaburi sejumput prosa
Hingga jadi sehelai
ayat-ayat puisi tuk diresapi
mengajak fantasi berlari
tunggangi seekor sembrani
Menguliti tubuh puisi
dengan sebilah pisau intuisi
mengupasnya seiris demi seiris
tak mesti ada pecahan tangis
Luruh di pelipis waktu
menguliti tubuh puisi
satu per-satu dalam gagu
termangu di sudut perisai pilu
Puisi-puisi seperti tirai hujan
berlompatan terjun bebas
dari tebing-tebing curam
menyanding rasa bak remah beling
Selalu saja kukuliti tubuh puisi
di antara kesepian menari
berjinjit di sela tumit masa
di altar sunyi kubenamkan diri
H 3 R 4
Jakarta, 04/03/2023