Kau terdiam dan terpaku
tenggorokan rasa tercekat
kau genggam bara erat
remukan hingga hancur lebur
Tapak lengan melepuh
namun jauh di dalam nuranimu
terbakar hangus jadi tumpukan
hitam arang tak mengerang
Kepulan asap yang lesap
seperti tangan-tangan
menyentuh atap langit runtuhkan
berkantung-kantung debu
Matamu menjamah puing
menyisir ketakutan-ketakutan
yang terkubur di bawahnya
menghitung kepingan kepedihan
Luluh lantak segenap jiwa
seperti tiupan badai dahsyat
diamuk amarah rata dengan tanah
pencakar rebah demikian pun pongah
Kau berdiri di apit kehancuran
matamu mengais sisa-sisa puing
hidungmu membaui aroma mesiu
tajam setajam kenyataan
Kota mati takada.yang berkeliar
terlebih bergentayangan
hanya debu setubuhi waktu
di harapmu yang turut musnah jadi abu
Â
H 3 R 4
Jakarta, 25/02/2023