Seperti bidak catur
yang rebah di atas papannya
tergolek dan serta merta
kau hambur hingga berantakan
Kau tutupi wajahmu
dengan kedua telapak lengan
di sela isak tangisan
lirih di atas sebuah kekalahan
Bak bidak-bidak tumbang
nuranimu meradang
dan kalut menerjang
tercampak dan terbuang
Di arena hitam putih
serasa anyir tetes getih
terseok dan tertatih
meremas perih pedih
Layaknya kembara terlunta
tak jua temui telaga
tempat berkaca keruh jiwa
di dindingnya ditumbuhi lumut
Seperti bidak terkapar
diujung selaksa rasa kian tawar
bagai setangkai mawar
dililit semak belukar
H 3 R 4
Jakarta, 18/02/2023