Bibiiii... suara sang majikan
melengking nyaring
merobek pagi yang hening
membuat kuping sontak keriting
Dan burung-burung tengah asyik masyuk
bertengger di bentang kabel listrik
di depan rumah terperanjat seketika
lalu terbang berhambur memilih kabur
Mendengar suara empunya rumah
pagi-pagi mencipta gaduh bergemuruh
nada-nada penyuruh pada buruh
yang wajib patuh tak boleh mengeluh
Terlebih berani protes tanpa ba-bi-bu
esok tanggal muda gajian itu pun
kalau tak alami keterlambatan
sudah pasti dipangkas hingga
Gaji yang sudah kecil
kian bertambah ciut saja
sebentar-bentar main pangkas
buat tubuh serasa lemas
Sebab saban hari keringat terperas
wara-wiri ke sana,- ke mari
persis seperti teriskaan
menngosok di setiap lipatan
Kalau tak ingat kebutuhan harian
amat menekan dan miliki
pundi-pundi rupiah selain jadi ART
tentulah ia sudah angkat kaki
Dari rumah majikan yang
sebentar-bentar penyuruhan
tak bisa melihat orang nganggur
serasa diri robot bernyawa
Sang Majikan suaranya serak
lantaran sebentar-bentar teriak
Buat sang ART pun lari tergopoh-gopoh
menghampiri sang dunungan
Dengan leher menggantung serbet
dan dahi digelayuti bulir-bulir keringat
sebesar biji jagung diseka punggung lengan
Bibi... kau pergi ke pasar dan masakan yang enak untuk kami, selepas itu kau bebenah rumah sapukaan lantai dan pel yang bersih. sesudah itu kau sirami tanaman di halaman belakang. Dan jangan lupa kau mandikan Mobil bapak di garasi.
"Enggh ndoro putri"
ujar sang ART bernada santun
dengan sorot mata terbaca lelah
berjalan dengan langkah gontai
Demi Suami yang tengah menganggur
karena belum lama terkena PHK
dari pabrik tempatnya bekerja
lantaran Colapse
Demi membiayai sekolah sang anak
serta kebutuhan keluarga disertai printilannya yang remukan raga
ia memangku lelah berjibaku dengan penat
* ) Â Hargailah ART yang telah membantu
   meringankan pekerjaanmu
   perlakukan mereka dengan manusiawi
H 3 R 4
Jakarta, 06/02/2022