Kulit serasa terkelupas pisau panas
pun tenggorokan bak tercekik
hela nafas rasa mengikik
seperti ringkik sembrani
di tengah panas terik
Mata mentari seperti melotot garang
terkadang ia menjelma parang
mencabik keji batok kepala
hingga kurasakan retak
ke mana deru bayu
Aku rindu silirnya menyeka peluhku
usap bulir bening bergantung
setidaknya di tengah terik
tak kurasakan tercekik
buatku terpekik
Di pelataran siang di sela lalulalang
embus sejuk seperti hilang dan
takada angin berdesir sepoi
membelai tubuh dan jiwa
usir tegas hawa panas
Udara panas dan beringas buat
keringat mengucur deras
energi terkuras habis
keringat menguap
kian pengap
Aku seperti ulat keket meringkel
lidah panas melumat meski
tak sampai ia melumer
kemana gerangan
silir melipir dan
tampaknya
Semog ia tak jemu mengusir
H 3 R 4
Jakarta, 15/01/2023