Kasih Ibu
tak ubahnya pagar yang memagariku, dari
sekumpulan para pengerat yang mencoba menelusup masuk ke dalam pekarangan yang sejatinya hendak menjamah, merusak dan mengobrak-abrik sekuntum bunga kesayangan yang ditanam, dipupuk dan disirami tulus kasih Ibu.
Ibu menyayangiku
meski aku tak ubahnya sebongkah batu, dikeraskan dan ditempa keadaan hingga lamat-lamat melunak bak sepotong ikan bandeng fresto bertulang lunak. Keras yang perlahan terkikis. Lantaran elusan kasih Ibu tak henti menyentuh jiwa. menjamah rasa terbitkan mentari kasih.
Ibu menjagaku
sepenuh jiwa raga kerap meremas cemas dan terkadang sukmanya dibungkus tebal selimut ketakutan, lantaran terlalu menyayang dan tak ingin kehilangan permata jiwa. Tak ingin sampai rengat terlebih pecah yang kelak akan disesali seumur hidupnya.
Ibu Menyayangiku meski aku batu
H 3 R 4
Jakarta, 31/12/2022