Kau kerap tak kuasa
menahan geloramu
nan meletup-letup tatkala
menghidu aroma debu
dijerang panas menyorot
lalu hidung bangirmu
mengendus membaui
Rindumu tajam menghujam
pada jantung hasrat
di antara ban-ban pacul
memahat ulirnya pada
bebukit tanah merah
kau libas dan terabas hingga
rasakan puncak pas puas
Tak ada yang berubah
sekerat nyalimu pun
masih seperti dahulu
kian menggila tatkala
terlecut seutas cemeti rasa
milik Srikandi Arena
taklukan medan liar
Kau nampak sexy di atas
kuda besi pacuan
dengan kulit kecoklatan
dijilat rakus bara surya yang
tak pernah pandang bulu
menjilat hingga berkilat
di antara liur bulir keringat
Dinda jangan menggila
tak bisakah kau tak belingsatan
di atas kuda pacu
sekedar duduk manis
agar takada hati yang miris
terlebih dicekik was-was
hingga lamat-lamat mati lemas
Usah buat jantung
serasa hendak terpelanting
dari tempatnya menyaksi
kau di antara deru debu
diketinggian gairah jiwa
yang tak pudar dan tak samar
di antara deru nan gahar
Dinda jangan kau menggila
di atas kuda binalmu
H 3 R 4
Jakarta, 15/09/2022