Kutunggangi kuda besi seorang diri
melibas beton monoton
menggilas tubuh aspal
berharap sepi serta merta
terjungkal terlempar sejauh mungkin
nyatanya hingga kini
aku masih saja membonceng
anak-anak sepi memeluk erat
di atas laju roda-roda menggelinding
kukendarai hampa jiwa
kubawa kemanapun
sejauh jalan sunyi membentang
kuterabas hiruk pikuk
kemacetan di ruas kepala
yang acapkali bawa
angan terpelanting
layaknya sehelai kapas
nan ringkih dalam dera letih
lagi-lagi senyap gaungkan namamu
memahat jejak-jejak lalu
pada permukaan jalan yang tak rata
kupacu kuda besi secepat kilat
biarkan silir angin menampar wajah
serta sukma bangunkan aku
dari selimut tebal masa lampau
H 3 R 4
Jakarta,