Api meliuk dan aku memeluk
rindu yang bak api berkobar
menjilat sukma hingga terlanjur
legam dalam asa yang kugenggam
Takkah kau lihat kilatan rindu
pada manik mataku yang kerap
membara disulut sang waktu
melempatku pada tubir hening
Dan hening pun lembut mencium
kening malam serta menyingkap
perlahan gaun sepi yang kukenakan
dari waktu ke waktu merenda resah
Di atas api meliuk dadaku remuk
diamuk rindu berkecamuk
di punggung senyap aku takluk
pada rindu cumbui tengkuk
Selalu saja api rindu menyala
meliuk gemulai buat asa terkulai
jiwaku rindukan belai buat netraku
berurai gerimis lantas pecahkan tangis
Pada batang-batang lilin
yang dilumat api hingga meleleh
asaku pun turut melumer
dan tercecer seencer seduhan
Pada genangan cangkir rindu
buatku parasku memendam pilu
takkah kau dengar rintihku tatkala
deru bayu kuutus memagut anganmu
Melipir ke rumah jiwaku
di mana seluruh dindingnya
kupulas dengan namamu
hanya namamu Dwi-ku
H 3 R 4
Jakarta, 18/5/2022