Hujan menitik
di atas bening kaca
bulirnya berjatuhan
layaknya tetes air mata
Meresap hingga
ke relung-relung sukma
hanyutkan rasaku ke tepi
pantai jiwa bawa nelangsa
Aku diombang-ambing
perahu kesedihan namun
bukankah Tuhan tidak tidur
selalu ada disetiap doa kulangitkan
Lantas mengapa harus ada
air mata berurai lenyapkan
seulas senyum berderai
hingga redup pijar mentari jiwa
Pudarkan bias serpihan
gugusan bintang pada manik mata
laksana kuntum bunga layu
dikelilingi bilah pagar pilu
Tuhan hapuskan
seluruh kesedihan menghuni
lembah jiwa serta lerai
seutas simpul lara
Agar dapat kusulam bahagia
di atas kepingan doa
H 3 R 4
Jakarta, 30/4/2022