Aku ibarat seekor Serigala terluka
berjalan sendiri menyusuri
bentang jalan panjang lagi berliku
seraya membawa sejuta luka
yang tiada terperi serta
setumpuk bara dendam
pada kilat di sorot mataku
aku berjalan terseok-seok
tanpa nyaring lolong
yang biasa buat
bulu kuduk meremang
dan seakan runcing taring
dipatahkan oleh waktu
buatku rasakan ngilu
aku tapaki ruas jalan itu
dengan membawa angkara
berapi-api yang disulut
oleh pematik benci
aku pulang dengan
langkah-langkah gontai
seraya menggenggam
luka terburai dan tetesan
darah anyir basuh ruas bentala
aku pulang ditunggangi
rasa sakit menghujam jiwa
serta sesayat luka yang tak kuasa
disembuhkan oleh masa
H 3 R 4
Jakarta, 12/04/2022